Gubernur BI Paparkan 5 Risiko yang Dihadapi Perekonomian Global

Rabu, 30 November 2022 14:51 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berbicara dalam pertemuan tahunan bank sentral Indonesia dengan para pemangku kepentingan keuangan di Jakarta, 30 November 2022. REUTERS/Willy Kurniawan

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan sedikitnya ada lima risiko yang harus diwaspadai dalam menghadapi tahun 2023. Di tengah perekonomian global yang masih bergejolak, ia memperkirakan ada risiko stagflasi, bahkan resflasi.

Perry menjelaskan, kondisi dunia yang sangat dinamis saat ini sangat ditentukan oleh perang Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut. Tak hanya itu, ada risiko yang juga muncul dari perang dagang Amerika Serikat dan Cina yang kembali memanas.

Baca: Jokowi Puji Pertumbuhan Ekonomi Maluku 27 Persen: Tertinggi di Dunia

Kebijakan lockdown oleh pemerintah Cina yang masih akan berlangsung hingga 6 bulan ke depan, menurut Perry, juga turut mempengaruhi perekonomian dunia. Begitu juga harga energi dan pangan yang masih tinggi, serta pasokan dan distribusi barang masih tersendat.

“Dunia berisiko mengalami stagflasi bahkan resflasi, persepsi risiko investor global negatif,” ujar Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia pada Rabu, 30 November 2022.

Advertising
Advertising

Dalam acara yang dihadiri oleh para bankir di Tanah Air itu, Perry memaparkan lima risiko muncul prospek ekonomi global.

Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, terutama risiko resesi yang meningkat di Amerika Serikat dan Eropa.

Kedua, inflasi yang melonjak sangat tinggi dipicu oleh harga energi dan pangan yang tinggi di pasar global.

Ketiga, era suku bunga tinggi berlangsung lebih lama. Adapun kenaikan suku bunga the Fed terutama diproyeksi akan mencapai tingkat 5 persen dan tetap bertahan pada level yang tinggi pada 2023.

Keempat, penguatan dolar AS yang menimbulkan risiko pada berlanjutnya pelemahan mata uang banyak negara, termasuk Indonesia.

Kelima, derasnya aliran modal asing yang keluar dari negara berkembang, termasuk dari Indonesia.

Selanjutnya: Meski begitu, Perry tetap optimistis ...

<!--more-->

Meski begitu, Perry tetap optimistis perekonomian Indonesia akan tumbuh. Bahkan pada tahun 2023 dan 2024, perekonomian nasional diprediksi bisa tumbuh di tengah tantangan risiko resesi yang menghantam dunia.

Dalam hitungannya, Perry memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh kuat pada kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen pada 2022. Pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan meningkat lebih tinggi pada 2024, yaitu pada kisaran 4,7 hingga 5,5 persen.

“Pertumbuhan akan cukup baik pada kisaran 4,5–5,3 persen pada 2023 dan meningkat pada kisaran 4,7–5,5 persen pada 2024,” ujar Perry.

Selain ditopang oleh kinerja ekspor dan konsumsi rumah tangga yang kuat, Perry mengatakan pertumbuhan ekonomi juga akan didorong oleh kinerja investasi yang meningkat. Selain itu, pengembangan hilirisasi sumber daya alam, pembangunan infrastruktur, dan pemulihan sektor pariwisata juga akan turut mengungkit perekonomian Indonesia ke depan.

Perry juga yakin laju inflasi akan kembali ke sasaran target pada kisaran 2-4 persen pada 2023. Kembali terjaganya inflasi juga diperkirakan terus berlanjut pada 2024, dengan proyeksi pada kisaran 1,5 hingga 3,5 persen.

“Inflasi yang masih sangat tinggi sekarang akan kembali kesasaran 2–4 persen pada 2023 dan 2,5–3,5 persen pada 2024,” kata Perry.

Untuk mencapai target inflasi tersebut, kata Perry, bank sentral bersama dengan pemerintah akan terus berkoordinasi secara erat, termasuk dengan Tim Pengendalian Inflasi Pusat/Daerah, juga dengan terus menggencarkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan.

Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah akan terus diupayakan, untuk menjaga kenaikan imported inflation tidak terlalu tinggi di dalam negeri. “Komitmen tinggi Bi ,rupiah pada 2023 InsyaAllah akan menguat apabila gejolak global mulai mereda, didukung fundamental ekonomi Indonesia yang baik, pertumbuhan ekonomi tinggi,” katanya.

Adapun kebijakan suku bunga acuan akan bersifat front loaded, pre-emptive, dan forward looking, juga akan dilakukan secara terukur. “Ini untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang sangat tinggi dan memastikan inflasi inti akan kembali ke sasaran 3 plus minus 1 persen, lebih awal yaitu pada semester I/2023,” ujar Perry.

BISNIS

Baca juga: Gubernur BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 4,5-5,3 Persen pada 2023

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

10 jam lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

2 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya