OPEC Perkirakan Industri Migas Global Butuh Investasi USD 12 Triliun pada 2045
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 25 November 2022 17:03 WIB
TEMPO.CO, Bali - Negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam Organization of The Petroleum Exporting Country (OPEC) melakukan kajian World Oil Outlook 2022 di Abu Dhabi International Petroleum Exhibition and Conference (ADIPEC) beberapa waktu lalu. Dalam kajiannya, OPEC memperkirakan butuh industri minyak dan gas bumi (migas) membutuhkan investasi US$ 12 triliun (setara Rp 187.911,6 triliun dengan kurs Rp 15.659 per dolar) di 2045 untuk memenuhi kebutuhan energi.
“Melihat ke depan ke tahun 2045, proyeksi kami menunjukkan bahwa investasi lebih dari US$ 12 triliun akan dibutuhkan di hulu, tengah dan hilir,” kata Senior Upstream Oil Industruy Analyst OPEC, Mohammad A. Alkazimi di acara 3rd International Oil and Gas Conference 2022 di Nusa Dua, Bali, pada Kamis, 24 November 2022.
Baca: Berselisih Soal Minyak, Pangeran: Arab Saudi dan Amerika Sekutu Solid
Alkazimi menjelaskan permintaan kebutuhan energi akan terus meningkat hingga 23 persen pada 2045. Sementara itu, dalam hal investasi, OPEC terus mengulangi apa yang telah disampaikan sebelumya bahwa investasi yang besar diperlukan.
“Pendorong utama permintaan energi masa depan adalah pertumbuhan ekonomi global yang mencapai dua kali lipat dan penambahan sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia pada 2045,” kata dia.
Dalam kajian World Oil Outlook juga mencatat perkembangan permintaan energi dan minyak, pasokan dan penyulingan minyak, ekonomi global, kebijakan dan perkembangan teknologi, tren demografis, isu lingkungan, dan pembangunan berkelanjutan. Kajian juga menawarkan penilaian prospek jangka menengah dan panjang, tapi bukan prediksi.
Menurut Alkazimi, ketika menyusun World Oil Outlook pada 2021, tidak ada yang bisa meramalkan peristiwa yang terjadi pada 2022 soal krisis energi, khususnya di Eropa, dan perkembangan geopolitik. Sebaliknya, outlook menyajikan referensi yang bermanfaat sebagai wujud komitmen OPEC untuk berbagi pengetahuan dan transparansi data.
Alkazimi mengatakan pendorong utama permintaan energi masa depan adalah pertumbuhan ekonomi global dua kali lipat dan penambahan sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia pada 2045. Faktor-faktor lain yang juga berperan adalah urbanisasi dan pengeluaran kelas menengah terutama di negara-negara berkembang, serta kebutuhan energi.
Selanjutnya: Permintaan energi primer global diperkirakan akan terus tumbuh dalam jangka panjang ...
<!--more-->
Permintaan energi primer global diperkirakan akan terus tumbuh dalam jangka panjang, meningkat signifikan sebesar 23 persen hingga tahun 2045. Di sisi lain energi terbarukan akan meningkat secara signifikan lebih cepat daripada sumber lainnya dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sekitar 7,1 persen hingga tahun 2045.
Selain itu, kata dia, gas alam akan menjadi bahan bakar fosil dengan pertumbuhan tercepat. Hal ini sebagian didorong oleh tingkat urbanisasi yang lebih tinggi, permintaan industri dan penggantian batubara pada pembangkit listrik dalam jangka panjang.
“Dari komoditas minyak, kami berharap minyak mempertahankan bagian terbesar dibauran energi, menyediakan hampir 29 persen dari kebutuhan global pada tahun 2045,” ucap Alkazimi.
Dari perspektif regional, Alkazimi mengatakan permintaan energi global negara-negara non-OECD mencatat peningkatan pertumbuhan sebesar 69 juta barel per hari (MBOPD). Permintaan minyak global meningkat 13 MBOPD pada 2021, dan naik menjadi 110 MBOPD pada 2045.
Permintaan minyak negara OECD menurun setelah tahun 2024, menjadi 34 MBOPD. Ini mewakili permintaan secara keseluruhan yang mencapai hampir 11 MBOPD antara tahun 2021 dan 2045.
"Pada awal-awal tahun-tahun awal periode perkiraan, pertumbuhan non-OECD ini didorong oleh Cina. Namun, pada periode selanjutnya, India akan mengambil peran utama dengan pertumbuhan permintaan di Cina yang melambat secara signifikan dan bahkan berubah menjadi marjinal," tutur Alkazimi.
Baca: SKK Migas Akui Kebutuhan Gas Bumi di Indonesia Stagnan, Berikut Datanya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini