Kurs Rupiah Ditutup Menguat Rp 15.696 per Dolar AS, Analis: Ada Ancaman Baru
Reporter
magang_merdeka
Editor
Martha Warta Silaban
Selasa, 22 November 2022 19:07 WIB
Adapun dari sisi internal, pasar terus mencerna pernyataan Bank Indonesia (BI) yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat, disertai dengan tingginya tekanan inflasi, agresifnya kenaikan suku bunga acuan di negara maju, serta berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan.
Ibrahim juga menuturkan bahwa terdapat ancaman baru yang saat ini tengah membayangi gejolak ekonomi global, yakni resflasi atau merupakan gabungan dari risiko resesi dan tingginya inflasi. “Pertumbuhan ekonomi global kemungkinan turun dari yang semula diprediksi berada di 3 persen pada 2022, turun menjadi 2,6 persen pada 2023,” katanya. Ia memprediksi inflasi dan inflasi inti global masih tinggi hingga 2023.
Lebih lanjut, BI memperkirakan, tingkat inflasi dunia dapat menyentuh 9,2 persen (yoy) hingga akhir tahun dan masih akan tinggi pada 2023, meskipun akan mendingin ke 5,2 persen. Tingginya tingkat inflasi ini terjadi karena berlanjutnya gangguan rantai pasokan dan pengetatan pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa, di tengah pelemahan permintaan global.
Selain itu, BI juga memperkirakan Amerika Serikat akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin sehingga menjadi 4,5 persen pada akhir 2022. Kenaikan suku bunga akan mencapai puncaknya pada paruh pertama 2023 dan tidak akan segera turun.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif. Dalam hitungannya, rupiah akan ditutup melemah di kisaran Rp 15.670 hingga Rp 15.740 per dolar AS.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Baca Juga: Terpopuler: PUPR Tangani Longsoran Usai Gempa Cianjur, BI Mati-matian Stabilkan Rupiah
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.