RI Catat Surplus Perdagangan 30 Bulan Berturut-turut, BPS: Per Oktober Tembus USD 5,67 Miliar

Selasa, 15 November 2022 14:54 WIB

Ilustrasi kapal pengangkut peti kemas ekspor dan impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus. Per Oktober 2022, surplus perdagangan mencapai US$ 5,67 miliar dengan rincian nilai ekspor US$ 24,81 miliar dan impor US$ 19,14 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, surplus perdagangan barang itu terjadi selama 30 bulan berturut-turut. "Sejak Mei 2022," ujarnya dalam konferensi pers virtual, di Jakarta, Selasa, 15 November 2022. Surplus terbesar yang dicatat Indonesia adalah dengan tiga negara yaitu India, Amerika Serikat, dan Cina.

Dengan India, kata Setianto, surplus perdagangan Indonesia mencapai US$ 1,69 miliar. Adapun dengan komoditas utama penyumbang surplus adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja.

Baca: Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Sedikit Melambat, Siklus Akhir Tahun?

Sementara dengan Amerika Serikat, Indonesia mencetak surplus US$ 1,28 miliar. Komoditas utama penyumbang surplus tersebut adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, lemak dan minyak hewan nabati, dan alas kaki.

Advertising
Advertising

Berikutnya, surplus perdagangan RI dengan Cina senilai US$ 1,04 miliar. Adapun komoditas penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral, besi dan baja, serta lemak dan minyak hewan nabati.

Sedangkan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit dengan tiga negara utama yakni Australia, Brasil, dan Korea Selatan.

Selanjutnya: Defisit dengan Australia mencapai US$ 533,8 juta ...

<!--more-->

Defisit dengan Australia mencapai US$ 533,8 juta dengan komoditas utama serealia, bahan bakar mineral, dan binatang hidup. Lalu defisit dengan Brasil sebesar US$ 314 juta dengan komoditas utamanya ampas dan sisa industri makanan, gula dan kembang gula, serta daging hewan.

Adapun defisit dengan Korea Selatan senilai US$ 183,8 juta dengan komoditas utama mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, dan besi baja.

Secara umum, neraca perdagangan barang Indonesia secara kumulatif pada Januari-Oktober 2022 mengalami surplus US$ 45,52 miliar. Angka tersebut melonjak 47,32 persen ketimbang periode serupa pada tahun sebelumnya.

"Jadi total surplus pada periode Januari-Oktober 2022 ini sudah lebih besar dari total surplus neraca perdagangan sepanjang 2021 yang angkanya US$ 35,42 miliar," kata Setianto.

Bila ditelisik lebih rinci, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit dengan 11 negara anggota G20, dengan tiga besar di antaranya adalah Australia, Cina, dan Arab Saudi. Meski begitu, neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus dengan beberapa negara anggota G20 lainnya yakni Amerika Serikat, India, dan Uni Eropa.

ANTARA

Baca juga: Gelombang PHK, BPS Catat Industri Tekstil Kehilangan 50 Ribu Pekerja

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

10 jam lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

1 hari lalu

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.

Baca Selengkapnya

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

1 hari lalu

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Pegawai Direktorat Jenderal Bea Cukai disorot usai banyak kritikan terkait kinerjanya. Berapa gajinya?

Baca Selengkapnya

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

1 hari lalu

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

Mendag Zulhas bercerita panjang lebar soal alasan merevisi Permendag Nomor 36 Tahun 2024 soal pengaturan impor.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

3 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

3 hari lalu

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

Viral seorang pria yang merobek tas Hermes mewah miliknya di depan petugas Bea Cukai. Bagaimana duduk persoalan sebenarnya?

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

3 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

3 hari lalu

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

Permendag nomor 3 tahun 2023 diklaim belum sempurna.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

3 hari lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya