Luhut Soal Target Pendapatan per Kapita Tembus USD 10 Ribu pada 2030: Menurut Saya, Bisa Lebih
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 10 November 2022 19:31 WIB
TEMPO.CO, Badung - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan optimistis Indonesia bisa menjadi negara dengan pemasukan yang tinggi. Visi Indonesia pada 2045 menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita yang tinggi pun, menurut dia, sangat mungkin tercapai.
Kita sekarang di sekitar US$ 4.000 pendapatan per kapita. Kita mimpi di 2030 bisa di US$ 10.000, dan menurut saya itu bisa lebih," ujar Luhut saat berbicara di Indonesia Fintech Summit ke-4 di Kabupaten Badung, Bali, Kamis, 10 November 2022.
Namun untuk mencapainya, menurut Luhut, sedikitnya ada lima langkah yang harus dijalankan Indonesia untuk mencapai cita-cita menjadi negara dengan pemasukan yang tinggi tersebut.
Baca: 17 Kepala Negara Terkonfirmasi Hadiri KTT G20, Luhut: Persiapan RI The Best Ever in History
Lalu, apa saja kelima langkah itu?
Pertama, membendung pandemi dan memulihkan perekonomian di tengah berbagai tantangan global.
Menurut Luhut, penanganan pandemi Covid-19 adalah kunci suatu negara bisa kembali menggerakkan perekonomian. "Banyak orang tidak sadar begitu kompleksnya penanganan pandemi Covid-19, Indonesia salah satu negara yang cepat melakukan itu," ujarnya. "Saya dikritik banyak kenapa tidak lockdown dan saya lapor Presiden saya tidak percaya lockdown."
Untuk membendung pandemi tersebut, kata Luhut, yang seharusnya dilakukan adalah berfokus menangani pergerakan manusia. Berikutnya adalah pelaksanaan vaksinasi, hingga akhirnya pandemi bisa terlewati adalah berkat kerja sama tim.
Selanjutnya: Kedua, mengubah ekonomi dari berbasis komoditas menjadi ...
<!--more-->
Kedua, mengubah ekonomi dari berbasis komoditas menjadi berbasis industri.
Ketiga, meningkatkan efisiensi melalui digitalisasi. Luhut menjelaskan, peningkatan efisiensi melalui digitalisasi sangat positif karena secara otomatis bisa mengurangi tingkat korupsi yang datang dari sistem pengadaan.
"Karena sekarang digitalisasi, tidak ada tender. Banyak yang tidak suka, tapi saya tidak peduli. Pengeluaran akan turun, pendapatan negara naik, UMKM naik," kata Luhut.
Keempat, memperkuat ketahanan ekonomi melalui peningkatan dana desa. Soal ini, kata Luhut, banyak yang beranggapan perekonomian tumbuh baik hanya karena industrialisasi maju dan berbasis komoditas. "Ternyata dana desa yang kita bikin hampir US$ 500 triliun selama tujuh tahun itu berdampak pada 74 ribu desa," ucapnya.
Sedikitnya, Luhut menjelaskan, per tahun dana hampir US$ 1 miliar digelontorkan dan berputar di desa sehingga membuat warga desa menjadi berdaya. Dalam kesempatan itu juga, Luhut meminta asosiasi keuangan digital dari Asosiasi Fintech Indonesia (Aftec) agar lebih peduli dengan pemberdayaan warga desa.
Kelima, mengurangi dampak perubahan iklim melalui dekarbonisasi dan transisi energi. Soal ini, Luhut yakin target bakal tercapai karena kelebihan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, nomor satu cadangan nikel di dunia, nomor dua cadangan timah di dunia, nomor tujuh cadangan tembaga di dunia serta memiliki 437 gigawatt potensi energi terbarukan.
ANTARA
Baca juga: Putin Dipastikan Tak Hadir di KTT G20, Luhut: Kami Menghormati Itu
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini