LPEM UI Beberkan Penyebab Pertumbuhan Ekonomi Terus Tumbuh Lampaui Ekspektasi
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 7 November 2022 07:41 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEM FEB UI mengungkap perekonomian Indonesia terus tumbuh melampaui ekspektasi sepanjang tahun 2022. Pada kuartal kedua, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,44 persen year on year (YoY), tertinggi kedua sejak 2013.
“Beberapa faktor ikut berperan dalam mendorong tingginya pertumbuhan pada triwulan II 2022 ini,” tertulis dalam Macroeconomics Analysis Series Indonesia Economic Outlook 2023 yang dikutip pada Senin, 7 November 2022.
Pertama, momentum pemulihan permintaan domestik masih berkepanjangan karena pemulihan kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan negara lain. Sehingga the low-base effect rendah masih berlaku.
Baca: Cegah PHK, Pengusaha Minta Importir Tekstil Ilegal Ditindak dan Pasar Ekspor Baru Digenjot
Kedua, peristiwa Ramadhan dan Idul Fitri mendorong aktivitas konsumsi selama kuartal kedua 2022. Berkontribusi 53 persen terhadap PDB, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,51 persen (YoY), melonjak dari 4,34 persen (YoY) dari kuartal sebelumnya.
Ketiga, lonjakan harga komoditas akibat meningkatnya ketegangan geopolitik dan pemulihan ekonomi global telah menguntungkan Indonesia sebagai eksportir bersih komoditas energi primer. Seperti batu bara dan CPO, dalam bentuk kinerja ekspor dan penerimaan pajak.
“Ekspor tumbuh sebesar 19,74 persen (YoY) dan pajak dikurangi subsidi meningkat sebesar 39,42 persen (YoY), tingkat pertumbuhan penerimaan pajak bersih tertinggi sejak 2015,” tulis LPEM UI.
Terakhir, keputusan pemerintah untuk meningkatkan subsidi bahan bakar dan menunda kenaikan harga BBM di kuartal kedua 2022 di tengah meroketnya harga minyak. Langkah itu membantu mempertahankan tingkat inflasi dan daya beli yang relatif rendah.
Selanjutnya: Inflasi periode April-Juni 'hanya' rata-rata 3,79 persen...
<!--more-->
Inflasi periode April-Juni 'hanya' rata-rata sebesar 3,79 persen dan mencapai puncaknya pada bulan Juni dengan laju inflasi sebesar 4,35 persen (YoY). Angka tersebut jauh di bawah laju inflasi Oktober sebesar 5,71 persen (YoY) dan puncaknya sebesar 5,95 persen (YoY) pada bulan September lalu.
“Paruh kedua 2022 menghadirkan berbagai tantangan yang tidak terlihat selama paruh pertama,” tulis LPEM FEB UI.
Sikap moneter agresif yang terus-menerus oleh bank sentral global telah mendorong pelarian modal dari pasar negara berkembang—termasuk Indonesia—menyebabkan depresiasi mata uang secara substansial. Dikombinasikan dengan kenaikan harga komoditas dan harga BBM yang diterapkan, depresiasi Rupiah mendorong inflasi domestik ke level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
Meski demikian, ekonomi Indonesia masih berpotensi tumbuh di atas 5 persen hingga sisa tahun 2022. Khusus untuk kuartal ketiga 2022, low-base effect dapat mendongkrak pertumbuhan PDB karena ekonomi Indonesia mencatat laju pertumbuhan positif terendah selama era Covid-19 pada kuartal ketiga 2021 3,51 persen (YoY).
Selain itu, permintaan domestik yang kuat dan surplus perdagangan yang sangat baik akan menjadi pendukung tambahan bagi pertumbuhan Indonesia di sisa tahun 2022. “Kami memperkirakan PDB akan terus tumbuh sekitar 5,81 persen (YoY) pada kuartal ketiga 2022 (perkiraan berkisar 5,73 persen menjadi 5,81 persen) dan pertumbuhan 5,35 persen,” tulis LPEM FEB UI.
Baca juga: Sri Mulyani Sebut Belanja Negara 1.200 T Belum Terserap, Ekonom Ingatkan Modus Perjalanan Dinas
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini