Serikat Petani Sebut Data Produksi Gabah Tak Sinkron dengan Kondisi di Lapangan

Minggu, 6 November 2022 15:19 WIB

Pekerja memasukkan gabah ke dalam mesin pengeringan di Sentra Penggilingan Padi atau Modern Rice Milling Plant (MRMP) di Kendal, Jawa Tengah, Kamis 21 Juli 2022. Menurut Direktur Utama Perum BULOG Budi Waseso, pihaknya kini memiiki 10 MRMP, salah satunya di Kendal yang dilengkapi dengan fasilitas seperti pengering yang mampu mengolah gabah dengan kapasitas 120 ton per hari, penggilingan gabah atau 'rice milling unit' (RMU) dengan kapasitas sebesar 6 ton per jam, dan silo sebanyak tiga unit. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Departemen Kajian Strategis Nasional DPP Serikat Petani Indonesia (SPI) Mujahid Widian mengatakan meski nilai tukar petani (NTP) naik, pembenahan sektor pertanian Indonesia mendesak dilakukan. Sebab, menurut dia, tantangan yang dihadapi oleh masing-masing subsektor pertanian kian kompleks.

"Harus ada sinkronisasi antara kondisi riil di lapangan dan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah," ucapnya kepada Tempo pada Ahad, 6 November 2022.

Salah satu masalah pertanian yang ia soroti adalah situasi yang terjadi pada subsektor tanaman pangan. Pemerintah menyebutkan luas panen dan produksi gabah pada 2022 mengalami kenaikan. Namun, ia menilai, kondisi yang terjadi di tingkat petani bertolak belakang.

Bertentangan dengan klaim pemerintah, kondisi di lapangan menggambarkan bahwa harga gabah dan beras kini terus naik akibat rendahnya produksi pada musim panen sebelumnya. Jika persoalan ini tidak diantisipasi, Mujahid khawatir pemerintah akan salah dalam menghitung stok maupun cadangan pangan nasional.

"Lalu impor akan kembali dilakukan untuk menstabilisasi keadaan. Pada akhirnya kembali lagi petani yang terkena dampaknya, kesejahteraannya," ucap Mujahid.

Advertising
Advertising

Sementara itu untuk tanaman perkebunan, Mujahid menuturkan pemerintah cenderung mengabaikan konsumsi maupun kebutuhan di dalam negeri. Misalnya untuk minyak goreng sawit yang masih menjadi orientasi utama untuk ekspor komoditas tersebut.

Baca: Diperintah Jokowi Cek Stok Beras Nasional, Mentan: Saya Diberi Waktu Satu Minggu

“Upaya untuk mengedepankan kepentingan dalam negeri belum terlihat dari subsektor tanaman perkebunan rakyat," kata dia.

Ia pun merujuk pada data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional di akhir Oktober hingga awal November ihwal kenaikan harga minyak goreng sawit. Tercatat harga minyak goreng sawit curah naik menjadi Rp14.600 per kilogram. Sejalan dengan itu, harga minyak goreng kemasan juga naik menjadi Rp 20.050 per kilogram.

"Kita mewanti-wanti jangan sampai terjadi kenaikan harga minyak goreng seperti yang sebelumnya," ucap Mujahid.

Menurutnya, pemerintah harus kembali kepada prinsip-prinsip kedaulatan pangan sebagai dasar perumusan kebijakan pertanian dan pangan di Indonesia. Ia menuturkan kedaulatan pangan sebagai sebuah paradigma pembangunan pertanian dapat mendorong negara menentukan pangannya secara mandiri.

Kedaulatan meliputi alat dan sistem produksi serta pemasaran di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan untuk menghasilkan pangan tanpa tergantung dari kekuatan pasar internasional. Hal itu selaras dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Mujahid menilai kedaulatan pangan relevan dengan kekhawatiran pemerintah Indonesia ihwal ancaman krisis pangan global pada 2023. Dengan kedaulatan pangan, menurutnya, kebutuhan nasional dan dalam negeri menjadi prioritas utama. Kepentingan para petani dan masyarakat pedesaan sebagai produsen pangan juga menjadi tak terabaikan.

Bagi SPI, kata Mujahid, upaya mewujudkan kedaulatan pangan tersebut bisa dilakukan dengan mendorong lahirnya Kawasan Daulat Pangan (KDP) di wilayah-wilayah Indonesia. Melalui KDP, orientasi pemenuhan pangan dapat diubah, yakni pemenuhan kebutuhan pangan di sekitar area ataupun kawasan, bukan untuk ekspor yang hanya menjadi bagian dari rantai pasok global.

“Artinya pangan itu harus terlebih dahulu dipentingkan untuk diri sendiri atau kepentingan domestik, baru setelah itu dapat diberikan ke tempat lain," ucapnya. Kebijakan itu juga akan berpengaruh pada metode produksi, dimana dalam kedaulatan pangan, pertanian yang didorong adalah pertanian agroekologi yang berbasis pada pengetahuan lokal, lingkungan, dan berkelanjutan.

RIANI SANUSI PUTRI

Baca: Perpadi Sebut Stok Beras Nasional Masih Banyak

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

3 hari lalu

Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

Tim advokasi akan menunggu pemberitahuan resmi dari MA untuk mengeluarkan dua petani Desa Pakel yang permohonan kasasinya dikabulkan.

Baca Selengkapnya

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

4 hari lalu

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

Harga gabah anjlok menjadi Rp 4.500 per kilogram. Kemendag sebut gara-gara panen raya.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

5 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

5 hari lalu

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

Bulog mengaku siap jika diminta pemerintah menjadi off-taker gabah dari kerjasama pertanian Indonesia dan Cina

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

5 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

Ekonom menyebut putusan MK terkait sidang sengketa Pilpres tak banyak mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Harga Gabah Anjlok Capai Rp 4.500 per Kilogram, Serikat Petani Indonesia Minta Pemerintah Naikkan HPP

5 hari lalu

Harga Gabah Anjlok Capai Rp 4.500 per Kilogram, Serikat Petani Indonesia Minta Pemerintah Naikkan HPP

Harga gabah anjlok di Rp 4.500, Serikat Petani Indonesia minta Bapanas naikkan harga pembelian pemerintah menjadi Rp 7.000 per kilogram.

Baca Selengkapnya

Usai Panen di Gorontalo, Jokowi Target Kurangi Impor Jagung

6 hari lalu

Usai Panen di Gorontalo, Jokowi Target Kurangi Impor Jagung

Jokowi berharap produksi komoditas jagung dapat terus meningkat sehingga mengurangi impor.

Baca Selengkapnya

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

7 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya

Bulog Cirebon Mulai Serap Gabah Petani, Panen Raya sampai Mei

9 hari lalu

Bulog Cirebon Mulai Serap Gabah Petani, Panen Raya sampai Mei

Bulog cabang Cirebon mulai menyerap gabah hasil panenan petani. Panen diperkirakan semakin banyak pada akhir April hingga Mei.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Ungkap Warga Desa Pakel Kecewa dengan Pemda Banyuwangi, Polres, dan PT Bumisari

20 hari lalu

Komnas HAM Ungkap Warga Desa Pakel Kecewa dengan Pemda Banyuwangi, Polres, dan PT Bumisari

Komisoner Komnas HAM Anis Hidayah turun untuk meninjau lokasi dan situasi konflik lahan di Desa Pakel, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi.

Baca Selengkapnya