Ekonomi Global Diprediksi Gelap, Airlangga: RI di Jalur Positif
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Francisca Christy Rosana
Rabu, 19 Oktober 2022 10:44 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan krisis keuangan, pangan, dan energi global membuat dunia dibayangi dengan ancaman resesi. Kinerja ekspor Indonesia pun diperkirakan akan terpengaruh.
Meski demikian, ia meyakini kinerja perekonomian Indonesia tetap berjalan baik. Sebab menurut dia, pemulihan ekonomi di Tanah Air masih berada pada jalurnya.
“Tentunya Indonesia ada di (jalur) faktor positif berada di lingkup ASEAN. Pertumbuhan ekonomi ASEAN diperkirakan 4,9 persen. Di regional, kita ini masih ada pertumbuhan sehingga tentu di Indonesia menjadi sumber pertumbuhan ke depan,” kata Airlangga dalam keterangan tertulis pada Selasa, 18 Oktober 2022.
Airlangga mengklaim Indonesia telah melakukan pengendalian inflasi yang cukup baik. Ia merujuk pada level inflasi yang berada di posisi 5,9 persen. Menurutnya, langkah pemerintah sudah tepat, seperti mendorong kolaborasi antara Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Langkah lain yang dianggap berhasil meningkatkan resiliensi Indonesia terhadap ancaman resesi global adalah penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik untuk tematik ketahanan pangan. Ditambah, pemanfaatan 2 persen Dana Transfer Umum (DTU) untuk membantu sektor transportasi dan tambahan perlindungan sosial.
Baca juga: Alasan Airlangga Yakin Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Bisa Tembus 5,2 Persen
Di samping itu, Airlangga berujar pemerintah telah mengeluarkan berbagai bantuan, seperti bantuan langsung tunai (BLT) Rp 12,4 triliun dan bantuan subsidi upah Rp 9,6 triliun untuk 16 juta pekerja. Dengan berbagai bantuan ini, kata dia, pemerintah berharap dapat memberikan bantalan bagi pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun.
"Agar masih berada di sekitar 5,2 persen dan tahun depan tetap bertahan di atas 5 persen," ujarnya.
Adapun untuk menghadapi ancaman krisis ke depan, Airlangga mengaku telah memprioritaskan ketahanan pangan. Salah satu caranya ialah dengan menjaga ketersediaan pasokan serta keterjangkauan harga-harga pangan.
Menurutnya, Indonesia beruntung karena produksi beras dalam negeri selama tiga tahun terakhir mencapai 31 juta. Ia pun mengklaim Indonesia memiliki daya tahan yang cukup terhadap krisis pangan.
"Karena dalam 3 tahun terakhir juga kita tidak melakukan impor beras," katanya. Di sisi lain, menurut dia, Indonesia juga tidak mengimpor jagung dan bahkan mengalami surplus untuk komoditas tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Sementara itu, sejumlah lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 berada pada kisaran 2,3 persen hingga 2,9 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2022 yang berada pada kisaran 2,8 persen hingga 3,2 persen. Hal itu terjadi lantaran adanya ketidakpastian akibat badai krisis.
Asian Development Bank (ADB) pada September lalu pun telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2023 dari 5,2 persen menjadi 5 persen. ADB memperkirakan kinerja ekspor Indonesia akan terpengaruh. Namun, ADB juga menilai Indonesia masih termasuk ke negara yang akan terhindar dari resesi.
RIANI SANUSI PUTRI
Baca juga: Airlangga Beberkan Cara RI Kejar Target Pemulihan Ekonomi di Tengah Ancaman Resesi 2023
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sin