Sederet Saran IMF untuk Merespons Ancaman Krisis Global

Minggu, 16 Oktober 2022 10:47 WIB

Warga tengah beraktifitas di depan rumah mereka di pinggiran rel kereta kawasan Kampung Bandan, Jakarta, Kamis 30 Juni 2022. Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem. Inpres ini diterbitkan untuk mencapai target untuk menghapus kemiskinan ekstrem pada 2024. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Wajiyo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani menghadiri pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington D.C., Amerika Serikat. Dalam pertemuan itu, IMF menyampaikan beberapa rekomendasi kebijakan kepada negara-negara di dunia untuk merespons ancaman krisis global.

"IMF menyatankan kebijakan moneter yang front loaded diperlukan untuk menjaga stabilitas harga dan menjangkar inflasi ke depan," tutur Perry melalui keterangan tertulis pada Sabtu, 15 Oktober 2022.

Selain itu, Perry berujar IMF menyarankan agar kebijakan fiskal untuk melindungi kelompok rentan (vulnerable) diprioritaskan. Salah satu langkahnya melalui bantuan jangka pendek untuk mengurangi beban biaya hidup.

Selain itu, kebijakan makroprudensial dinilai perlu diterapkan untuk menjaga terjadinya risiko sistemis. Kebijakan ini dianggap penting seiring dengan terbatasnya likuiditas di sektor keuangan.

IMF pun meminta agar negara-negara mengambil kebijakan untuk melakukan reformasi secara struktural. Kebijakan itu mencakup peningkatan produktivitas dan kapasitas ekonomi guna meringankan hambatan pasokan. Kemudian, kebijakan moneter juga diperlukan untuk mengatasi inflasi.

Advertising
Advertising

Kebijakan mempercepat transisi energi hijau pun turut menjadi sorotan IMF. Menurut IMF, percepatan transisi energi hijau akan bermanfaat bagi keamanan energi dalam jangka panjang. Dengan begitu, biaya makroekonomi dari perubahan iklim akan berkurang .

Baca: Luhut Gunakan Istilah Perang Rakyat Semesta untuk Antisipasi Resesi, Apa Artinya?

Terakhir, IMF meminta kepada para pemimpin untuk melakukan kerja sama multilateral guna menghindari terjadinya fragmentasi global. Sementara itu, Perry mengungkapkan tantangan global yang tengah dihadapi saat ini tidak dapat direspons dengan hanya satu instrumen kebijakan.

Kata dia, perlu pengembangan kerangka integrated policy framework IMF bersama dengan kerangka macro-financial stability frameworks.

"Indonesia sendiri sudah melakukan implementasi bauran kebijakan moneter, fiskal, stabilitas nilai tukar, dan makroprudensial," ucapnya. Di samping itu, Perry menambahkan, perlu penguatan jaring pengaman keuangan global untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan. Hal itu dalam rangka membantu negara yang membutuhkan melalui reformasi kuota di IMF.

Adapun BI mengklaim telah mengembangkan digitalisasi sistem pembayaran, diantaranya kesepakatan cross-border payment antara Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina, peluncuran Quick Response (QR) Code, dan Bank Indonesia Fast Payment (BI-FAST).

RIANI SANUSI PUTRI

Baca juga: Pertemuan Menkeu dan Bank Sentral, Sri Mulyani: G20 Perlu Hasilkan Aksi Konkret

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

4 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

4 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

6 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

7 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

7 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

7 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

7 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

8 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya