Forum G20, Mentan: Semua Negara Cemas Akan Krisis Pangan

Selasa, 11 Oktober 2022 23:53 WIB

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo saat memberikan arahan dan membuka Sarasehan Petani Milenial 2 Tahun 2022,di Hotel Claro, Makassar, Jumat (7/10).

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan semua negara anggota G20 merespons pelbagai ancaman krisis pangan akibat pandemi Covid-19, fenomena perubahan iklim, hingga tensi geopolitik yang meningkat karena perang Rusia-Ukraina. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan rantai pangan di tingkat lokal hingga global terganggu.

"Dalam pertemuan yang dilewati, semua negara mencemaskan hadirnya krisis pangan yang sangat perlu direspons lebih serius untuk menghadapi kondisi yang akan datang," ujar Syahrul dalam konferensi pers di Washington D.C., Amerika Serikat, Selasa petang, 11 Oktober 2022.

Risiko ancaman krisis pangan dan solusinya dirembuk oleh menteri-menteri keuangan dan menteri-menteri pertanian berbagai negara dalam Joint Finance Ministers and Agriculture Ministers (JFAMM) yang berlangsung di Washington. Forum ini diselenggarakan sebagai rangkaian dari pertemuan G20.

Syahrul menuturkan persamuhan tersebut menghasilkan komitmen semua negara anggota G20 untuk menentukan solusi atas masalah pangan yang dihadapi pada masa mendatang. Negara-negara bersepakat membentuk skema pendanaan global untuk tiga isu prioritas pertanian dan pangan.

Ketiga isu itu meliputi promosi sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Kedua, promosi perdagangan petanian yang terbuka, adil, dapat diprediksi, transparan, dan non-diskriminatif. Ketiga, promosi kewirausahaan pertanian inovatif melalui pertanian digital untuk menjamin kesejahteraan petani di perdesaan.

Advertising
Advertising

Baca juga: Risiko Resesi Global Meningkat, Bos IMF: Dukungan Fiskal Harus Tepat Sasaran

Selain menetapkan solusi, pertemuan itu memutuskan strategi yang dianggap tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi hampir semua negara. Misalnya, meningkatkan kapasitas produksi utama untuk komoditas panan yang berdampak pada inflasi. Kemudian, menurunkan importasi, mendorong substitusi impor bagi negara tertentu, serta meningkatkan perdagangan global atau ekspor.

Strategi ini, kata Syahrul, perlu diambil karena dampak pandemi Covid-19 belum berakhir. Ke depan, dunia masih menghadapi krisis karena perubahan iklim dan meningkatkan ketagangan geopolitik.

"Sebagai bagian komunitas global, G20 berkomitmen mendukung penyediaan menyediakan pangan dan memastikan kecukupan gizi serta menjamin pembangunan ekonomi agar tak ada satu pun yang ditinggalkan," katanya.

Baca juga: Jika Ekonomi Tak Tumbuh 6 Persen, RI Bisa Disalip Filipina dan Vietnam Jadi Negara Maju

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Masuk Rangkaian World Water Forum, Bandung Spirit Water Gali Solusi Air untuk Pulau Terluar

8 jam lalu

Masuk Rangkaian World Water Forum, Bandung Spirit Water Gali Solusi Air untuk Pulau Terluar

Bandung Spirit Water Summit mencari solusi pengelolaan air terintegrasi untuk pulau-pulau kecil dan terluar.

Baca Selengkapnya

Konservasi Indonesia Ajak Swasta Wujudkan Visi BIRU

1 hari lalu

Konservasi Indonesia Ajak Swasta Wujudkan Visi BIRU

Konservasi Indonesia (KI), Conservation International (CI), Kura-Kura Bali, dan MAPCLUB meresmikan program BIRU.

Baca Selengkapnya

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

2 hari lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

6 hari lalu

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

Wamenkeu Suahasil Nazara mengungkapkan, tingkat pengangguran 2024 telah turun lebih rendah ke level sebelum pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

11 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Alasan Perusahaan Tutup Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta

11 hari lalu

Alasan Perusahaan Tutup Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta

Tutupnya pabrik sepatu Bata di Purwakarta untuk menjaga kelangsungan bisnis jangka panjang usai merugi selama pandemi

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

12 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

12 hari lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

13 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

15 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya