Investasi Saham atau Obligasi? Di Tengah Ancaman Rupiah Terus Melemah dan BI Rate Naik

Senin, 3 Oktober 2022 11:00 WIB

Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 4 Juli 2022. Mengutip data RTI, Senin (4/7) IHSG pada awal pekan ini melemah ke level 6.639 atau terpangkas 155 basis poin atau anjlok 2,28 persen. TEMPO/Tony Hartawan

Selain itu, inflasi di luar negeri, krisis energi, pangan juga terjadi secara global. Hal ini memengaruhi dan membuat distrupsi rantai pasok global.

Sementara itu, pasar saham Indonesia mengalami apresiasi dibandingkan dengan negara Asia anggota G20 dan menjadi yang satu-satunya positif.

"Jepang, China, India, Australia, itu kinerja tahun berjalannya minus. Kalau Indonesia positif karena mendapatkan keuntungan dari windfall profit commodity boom price, jadi capital inflow masih masuk. Selain itu, indikator ekonomi juga solid," tuturnya.

Di tengah tren arus modal keluar, pasar saham Indonesia, lanjutnya, menjadi anomali seiring peningkatan kinerja laba bersih ribuan persen emiten terkait komoditas.

Senada dengan Hendriko, Nafan menilai pasar saham Indonesia masih lebih unggul bahkan cenderung lebih baik dibandingkan dengan obligasi.

"Obligasi yang penting SBN tenor 10 tahun itu masih tidak terlalu mengalami kenaikan yield signifikan. Cenderung stabil, faktor kondisi pasar obligasi, di Indonesia masih mendapatkan status stabil dari beberapa lembaga penilaian."

Investor asing juga masih akan melepas kepemilikan obligasi dalam negeri seperti SBN seiring naiknya suku bunga The Fed yang membuat dolar kembali menjadi mata uang safe haven.

Menurut Nafan, pada kuartal IV/2022, tantangan masih akan hadir dari peningkatan suku bunga The Fed yang diekspektasi naik 75 basis poin pada November 2022 dan kenaikan antara 50 hingga 70 basis poin pada Desember 2022.

Sentimen ini akan otomatis berdampak terhadpa volatilitas pasar keuangan global. Sementara itu, kinerja cadangan devisa Indoneisa juga masih mampu menahan volatilitas tersebut.

"Kenaikan volatilitas market capital inflow turun, dollar index menguat, emerging market ditinggalkan," tuturnya.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga bakal melakukan penyesuaian suku bunga acuan dengan ekspektasi naik 50 basis poin dalam waktu dekat dan pada November 25 basis poin. Mirae Asset memproyeksikan suku bunga BI pada akhir tahun mencapai 5 persen.

Sementara itu, pasar modal Indonesia masih dapat bertahan menghadapi tekanan tersebut seiring dengan kebutuhan komoditas semakin tinggi pada akhir tahun. Alasannya, Eropa memasuki musim dingin, sementara krisis energi masih terjadi, sehingga kebutuhan komoditas batu bara sebagai energi murah meningkat.

"Akan jadi pertimbangan yakni kebijakan BI oleh pelaku pasar, momentum pemulihan ekonomi masih berlanjut. Di sini ditekankan BI cegah outflow tanah air, dan stabilkan nilai tukar rupiah, sudah di level Rp15.000 per dolar AS," pungkas Nafan.

BISNIS

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

9 jam lalu

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

Yusuf Mansyur mengklaim investasi syariah paytren tidak menjadi tempat pencucian uang, dia tidak tergoda dengan uang yang dianggap tidak benar

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Menguat di Tengah Naiknya Saham Perbankan Big Cap dan Grup Prajogo Pangestu

2 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Menguat di Tengah Naiknya Saham Perbankan Big Cap dan Grup Prajogo Pangestu

IHSG menutup sesi di level 7,328.1 atau +1,12 persen.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi Pertama Kembali Menguat, Ditutup di 7,245,1

3 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi Pertama Kembali Menguat, Ditutup di 7,245,1

Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia menyebutkan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG melanjutkan pergerakan positifnya

Baca Selengkapnya

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

4 hari lalu

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

IHSG pada Rabu berpotensi bergerak mendatar seiring pelaku pasar sedang bersikap wait and see terhadap data inflasi Amerika Serikat (AS)

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Ditutup Melemah di Sesi I, Saham ASII Paling Aktif Diperdagangkan

5 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Ditutup Melemah di Sesi I, Saham ASII Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG melemah di sesi pertama hari ini, menutup sesi di level 7,082.9 atau -0,22 persen.

Baca Selengkapnya

IHSG Pekan Depan Diprediksi Menurun Terbatas, Berikut Rekomendasi Saham Pilihan

7 hari lalu

IHSG Pekan Depan Diprediksi Menurun Terbatas, Berikut Rekomendasi Saham Pilihan

Dinamika kebijakan Bank Sentral Amerika diprediksi masih memberi pengaruh pada penurunan IHSG pekan depan

Baca Selengkapnya

Antam Bagi Dividen Rp 3 Triliun

9 hari lalu

Antam Bagi Dividen Rp 3 Triliun

PT Aneka Tambang Tbk. atau Antam (ANTM) akan membagikan dividen Rp 3,08 triliun.

Baca Selengkapnya

Laporkan Kinerja 2023, Laba Bersih Jasa Marga Capai Rp 6,8 Triliun

10 hari lalu

Laporkan Kinerja 2023, Laba Bersih Jasa Marga Capai Rp 6,8 Triliun

PT Jasa Marga (Persero) Tbk. atau JSMR melaporkan kondisi kinerja perseroan selama tahun 2023 dengan laba bersih mencapai Rp 6,8 triliun.

Baca Selengkapnya

PT Timah Rombak Direksi untuk Perbaikan Bisnis

10 hari lalu

PT Timah Rombak Direksi untuk Perbaikan Bisnis

PT TIMAH Tbk melakukan perombakan direksi melalui RUPST. Berharap bisa memperbaiki bisnis perusahaan.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Melemah di Sesi I, Saham BBRI Paling Aktif Diperdagangkan

11 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Melemah di Sesi I, Saham BBRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG melemah di sesi pertama Rabu, 8 Mei 2024, menutup sesi pertama di level 7,097,7.

Baca Selengkapnya