Terkini Bisnis: 4 Fakta Penarikan Mie Sedaap, BSU Tahap Empat

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 1 Oktober 2022 18:05 WIB

Digemari milenial, varian rasa baru mie sedaap goreng koreanSpicy Chicken sold out di pasaran.

TEMPO.CO, Jakarta - Berita terkini ekonomi dan bisnis hingga Sabtu sore, 1 Oktober 2022 dimulai dengan empat fakta penarikan Mie Sedaap dari peredaran di supermarket Hong Kong. Diantaranya karena ditemukan kemungkinan adanya etilen oksida, pestisida yang berpotensi menyebabkan kanker.

Kemudian informasi tentang Bank Indonesia atau BI optimistis nilai tukar rupiah ke depan bisa lebih stabil meski tekanan dari eksternal masih relatif tinggi.

Selain itu berita tentang Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) bersiap mencairkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) tahap keempat. Sekjen Kemnaker, Anwar Sanusi, mengatakan Kemnaker sudah menerima data dari BPJS Ketenagakerjaan. Berikut ringkasan dari ketiga berita tersebut:

1. Mengandung Zat Karsinogenik, Mie Sedaap Rasa Ini Ditarik dari Peredaran di Hong Kong

Produk mie instan terkenal asal Indonesia, Mie Sedaap menuai kontroversi di luar negeri, yakni di Hong Kong, Cina. Beragam spekulasi bermunculan, simak 4 fakta penarikan Mie Sedaap dari peredaran tersebut:

Advertising
Advertising

Di Hong Kong, produk Mie Sedaap ditarik peredarannya dari supermarket. Mengutip dari The Standard, penarikan itu karena Pusat Keamanan Pangan menemukan kemungkinan adanya etilen oksida, pestisida yang berpotensi menyebabkan kanker. Pestisida jenis ini juga telah dilarang oleh Uni Eropa.

Varian Mie Sedaap yang dihentikan penjualannya adalah jenis Korean Spicy Chicken Flavour Fried Noodle dengan tanggal batas waktu kedaluwarsa 19 Mei 2023. Produk itu dibuat di Indonesia dan diimpor oleh PARKnSHOP.

Etilen oksida telah diklasifikasikan sebagai kelompok satu oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker. Artinya bahan kimia tersebut bersifat karsinogenik bagi manusia. Paparan dapat menyebabkan sakit kepala, mual, diare, kesulitan bernapas dan masalah lainnya. Dalam jangka panjang, paparan pestisida jenis itu dapat menyebabkan kanker pada manusia.

Baca berita selengkapnya di sini.<!--more-->

2. BI: Tekanan terhadap Rupiah Disebabkan Ketidakpastian Pasar Keuangan Global

Bank Indonesia atau BI optimistis nilai tukar rupiah ke depan bisa lebih stabil meski tekanan dari eksternal masih relatif tinggi.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Wahyu Agung Nugroho mengatakan tekanan yang terjadi pada rupiah saat ini tidak terlepas dari ketidakpastian pasar keuangan global.

Namun, dengan kinerja ekspor yang kuat serta langkah-langkah stabilisasi BI melalui intervensi di spot market ataupun Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), depresiasi rupiah dinilai relatif lebih aman dibandingkan negara berkembang lain.

"Ke depan, memang kita meyakini dengan kebijakan intervensi valas dan intervensi DNDF serta kebijakan pre-emptive dan didukung kenaikan suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate kemarin, insya Allah ke depan rupiah akan lebih stabil lagi," ujar Wahyu dalam diskusi dengan awak media di Bali, Sabtu, 1 Oktober 2022.

Baca berita selengkapnya di sini.<!--more-->

3. Masih Tunggu Hasil Verifikasi, Kemnaker Optimistis BSU Tahap Empat Cair Pekan Depan

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) bersiap mencairkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) tahap keempat. Sekjen Kemnaker, Anwar Sanusi, mengatakan Kemnaker sudah menerima data dari BPJS Ketenagakerjaan.

Kemnaker sudah memadankan dengan penerima bantuan sosial (bansos) lainnya, serta melakukan penyeusian dengan data PNS, TNI dan Polri. “Kami kirim ke perbankan. Mudah-mudahan awal minggu depan sudah tersalur,” kata Anwar ketika dihubungi Tempo, Jumat, 30 September 2020. Sementara ihwal data pasti penerima, Anwar mengatakan masih menunggu hasil verifikasi perbankan.

Hingga akhir September ini, Kemnaker telah melakukan tiga tahap penyaluran BSU. Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, menegaskan Bantuan Subsidi Upah (BSU) 2022 yang digelontorkan pemerintah ditujukan untuk meringankan beban para pekerja atau buruh dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasalnya dampak kenaikan harga BBM atau bahan bakar minyak—yang ditetapkan pemerintah pada 3 September 2022- membuat harga barang-barang naik.

Baca berita selengkapnya di sini.

Baca Juga: Hong Kong Tarik Mie Sedaap Korean Spicy Chicken karena Mengandung Pestisida, di Indonesia?

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

1 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

1 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

3 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

4 hari lalu

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

Mulai Sabtu, 27 Juli 2024, salah satu operator bus di Hong Kong menerapkan tiket satu hari tanpa batas untuk wisatawan

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

4 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

Gregoria Mariska Tunjung mengalahkan Yeng Sum Yee dalam 32 menit untuk memastikan satu poin bagi Indonesia lawan Hong Kong di Grup c Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

5 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

5 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

6 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya