Utang Pemerintah Naik, Kini Tembus Rp 7.236,61 Triliun

Kamis, 29 September 2022 08:37 WIB

Gedung Kementerian Keuangan atau Kemenkeu. Dok TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta - Utang pemerintah hingga posisi akhir Agustus 2022 telah mencapai Rp 7.236,61 triliun. Angka itu naik sekitar 1,01 persen atau Rp 73,49 triliun dari posisi Juli 2022 sebesar Rp 7.163,12 triliun.

Besaran rasio utang itu terhadap produk domestik bruto (PDB) juga terkerek menjadi 38,03 persen dari akhir bulan lalu 37,91 persen. Besaran rasio utang terhadap PDB ini masih jauh dari ketentuan maksimal Undang-Undang Keuangan Negara sebesar 60 persen.

"Disiplin fiskal tetap dijalankan Pemerintah dan komposisi utang tetap dijaga di bawah batas maksimal 60 persen terhadap PDB," demikian dikutip dari dokumen APBN KITA edisi September 2022.

Komposisi utang pemerintah itu mayoritas berasal dari penerbitan surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 6.425,55 triliun. Terdiri dari SBN domestik Rp 5.126,54 triliun dan SBN valuta asing atau valas sebesar Rp 1.299,02 triliun.

SBN domestik itu mayoritas berasal dari penerbitan surat utang negara (SUN) sebesar Rp 5.195,39 triliun dan sisanya berasal dari surat berharga syariah negara (SBSN) Rp 931,15 triliun. Sementara itu, SBN valas mayoritas juga berasal dari penerbitan SUN Rp 972,25 triliun dan SBSN Rp 326,77 triliun.

Advertising
Advertising

Sisanya, utang pemerintah itu diperoleh dari pinjaman sebesar Rp 811,05 triliun yang diperoleh dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp 15,92 triliun dan pinjaman luar negeri sebesar Rp 795,13 triliun.

Pinjaman luar negeri paling banyak diperleh dari pinjaman multilateral sebesar Rp 487,95 triliun, pinjaman blateral Rp 264,39 triliun, dan bank komersil sebesar Rp 42,8 triliun.

Kementerian Keuangan mencatat, meskipun terdapat peningkatan nominal dan rasio utang pada akhir Agustus 2022, peningkatannya masih dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal.

"Peningkatan tersebut terjadi terutama disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan belanja selama tiga tahun masa relaksasi akibat Covid-19," seperti dikutip dari APBN KITA.

Sebagai porsi utang terbesar, saat ini kepemilikan SBN didominasi oleh Perbankan dan diikuti Bank Indonesia, sementara kepemilikan investor asing terus menurun sejak 2019 yang mencapai 38,57 persen, hingga akhir 2021 tercatat 19,05 persen, dan per 22 September 2022 mencapai 14,70 persen.

Hal tersebut menunjukkan upaya pemerintah yang konsisten dalam rangka mencapai kemandirian pembiayaan dan didukung likuiditas domestik yang cukup. "Meski demikian, dampak normalisasi kebijakan moneter terhadap pasar SBN tetap masih perlu diwaspadai," tulis APBN KITA.

Baca: Pesawat Wings Air Gagal Mendarat di Aceh karena Cuaca Buruk

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

1 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

1 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Turunnya Penerimaan Pajak Berdampak pada Defisit APBN

1 hari lalu

Turunnya Penerimaan Pajak Berdampak pada Defisit APBN

Jika penerimaan pajak terus anjlok di tengah melesatnya belanja negara, defisit APBN bisa membengkak.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

3 hari lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya