Pengusaha Bangka Belitung Tolak Rencana Jokowi Setop Ekspor Timah

Kamis, 15 September 2022 20:38 WIB

Sejumlah wisatawan berkunjung di Danau Bendung, Manggar, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung, 22 Juli 2016. Danau yang terbentuk akibat bekas galian tambang timah menjadi salah satu tujuan wisata setempat dengan fasilitas rumah makan keluarga di sekelilingnya. ANTARA/Aditya Pradana Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pihak menolak rencana Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang akan menyetop ekspor timah mentah. Penolakan datang dari pengusaha karena ditengari akan menganggu ekonomi Bangka Belitung.

Ketua Harian Asosiasi Tambang Rakyat Daerah (Astrada) Bangka Belitung Suryadi Jerry mengatakan sektor pertambangan timah merupakan penopang ekonomi utama. Sektor ini sekaligus penggerak ekonomi lain, seperti pertanian, perkebunan, hingga pariwisata.

"Kalau ini dilarang, bisa berdampak hingga 80 persen ke ekonomi Bangka Belitung. Belum lagi UMKM yang saat ini mulai menggeliat," ujar Jerry kepada Tempo, Kamis, 15 September 2022.

Menurut Jerry, pemerintah sebaiknya melakukan kajian terlebih dulu sebelum menyetop pengiriman timah mentah ke negara lain. Kajian itu mencakup sejauh mana dampak yang diterima Bangka Belitung jika kebijakan berlaku.

"Belum lagi harga timah saat ini turun. Ini bisa jadi polemik terkait situasi sosial dan ekonomi. Akan timbul gejolak kalau tidak diantisipasi pemerintah," ujar dia.

Advertising
Advertising

Jerry menuturkan pemerintah seharusnya membuat regulasi yang memudahkan masyarakat bekerja di pertambangan PT Timah atau milik swasta. Dia berharap kebijakan-kebijakan pemerintah juga bersifat jangka panjang dan membuka kesempatan daerah untuk memperluas lapangan pekerjaan hingga mengentaskan kemiskinan.

"Jangan sampai larangan ekspor membuka jalan orang menyelundup karena itu jelas-jelas akan merugikan negara," ujar dia.

Ketua Asosiasi Industri Timah Indonesia (AITI) Ismiryadi mengatakan larangan ekspor dengan alasan untuk hilirasi kurang pas karena pengusaha tidak pernah lagi melakukan ekspor pasir timah. Sebab, kata dia, timah yang diekspor saat ini bukan lagi berupa pasir.

Pengusaha pun, tutur dia, sudah menyesuaikan pengiriman komoditas sesuai dengan Undang-undang Minerba. "Produk ekspor timah saat ini sudah berbentuk balok timah atau tin ingot," ujar dia.

Dampak pelarangan ekspor timah, kata Ismiryadi, akan membuat pendapatan negara dan daerah menyusut. Pemerintah, kata dia, harus menyiapkan regulasi terpadu dan infrastruktur pendukung lainnya.

"Karena untuk masalah pertimahan beda dengan pola pengelola sumber daya alam lainnya, baik dari hulu sampai hilirnya. Sebab, harus diakui masih mengacu kepada Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967. Para pengelola sumber daya alam timah sudah melakukan tahapan smelter. Jadi bukan hanya bahan baku," ucap dia.

Anggota Komisi VII Daerah Pemilihan Bangka Belitung, Bambang Patijaya, mengatakan menolak pemberlakukan larangan ekspor karena akan berpengaruh terhadap hajat hidup masyarakat di Bangka Belitung. "Sebelum ini diberlakukan, Kementerian ESDM harus mencari solusi yang tepat. Saya menduga presiden mendapat bisikan yang menyesatkan. Jangan samakan timah dengan mineral lain yang saat ini sudah menjadi barang hasil produk industrilisasi karena sudah berupa balok timah," katanya.

Bambang mengatakan komoditas timah Bangka Belitung menjadi sektor utama pendapatan negara dan daerah. Jika dilihat dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kata dia, pertambangan dan industri pengolahan timah berkontribusi 40 persen.

Presiden Jokowi sebelumnya menegaskan pemerintah terus menjalankan larangan ekspor barang tambang mentah. "Setelah nikel, nanti tahun ini bauksit, sekarang sedang dimatangkan. Kita siapkan smelter," ujar Jokowi, 10 Januari lalu.

Setelah bauksit, Jokowi menuturkan pemerintah akan mencoba larangan timah dan tembaga. "Kita harus berani!" katanya. Pemerintah sebelumnya melarang ekspor bijih nikel mulai 1 Januari 2020. Keputusan itu tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019 yang diteken oleh menteri saat itu, Ignasius Jonan, pada 28 Agustus 2019.

"Sekarang ini sudah 19 bulan neraca perdagangan surplus, itu dari mana? Dari stop ekspor nikel. Muncul angka US$20,8 miliar. Dulu ekspor tanah yang ada nikel ore paling hanya US$2 miliar setahun, artinya ada lompatan yang tinggi sekali," kata Jokowi.

SERVIO MARANDA (BANGKA BELITUNG) | BISNIS

Baca juga: Tarif Angkutan Penyeberangan Naik, Kemenhub: Masih Proses Administrasi

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

7 jam lalu

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta petani manfaatkan alokasi pupuk subsidi.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

10 jam lalu

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

Presidential Club berisi para eks presiden Indonesia yang akan saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menjaga silaturahmi dan menjadi teladan.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

14 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

17 jam lalu

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 9 Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Terlibat Tambang Timah Ilegal, Pimpinan Media Online di Bangka Belitung Ditahan Polisi

1 hari lalu

Terlibat Tambang Timah Ilegal, Pimpinan Media Online di Bangka Belitung Ditahan Polisi

Polda Kepulauan Bangka Belitung menahan pimpinan salah satu media online terkait dalam kasus penambangan timah ilegal.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

1 hari lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

1 hari lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

1 hari lalu

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

Salah satu poin penting dalam UU Desa tersebut adalah soal masa jabatan kepala desa selama 8 tahun dan dapat dipilih lagi untuk periode kedua,

Baca Selengkapnya

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

1 hari lalu

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

Beleid itu menyatakan uang pensiun sebagai salah satu hak kepala desa. Namun, besaran tunjangan tersebut tidak ditentukan dalam UU Desa.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

1 hari lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya