Pengemudi Ojol Tak Khawatir Konsumen Beralih ke Motor Pribadi: Enggak Signifikan
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 13 September 2022 20:51 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Daring Garda Indonesia Igun Wicaksono menanggapi pernyataan yang menyebutkan banyak konsumen ojek onlione atau ojol beralih menggunakan sepeda motor pribadinya imbas kenaikan tarif. Pernyataan tersebut sebelumnya disampaikan oleh pengamat transportasi dan tata kota Universitas Trisakti Yayat.
Igun menilai pernyataan Yayat tidaklah salah, tapi tidak akan signifikan yang beralih ke kendaraan pribadi. “Karena saat ini pengguna ojol itu adalah anak sekolah, lalu penumpang yang transit dari transportasi umum lainnya seperti kereta api,” ujar dia melalui sambungan telepon pada Selasa, 13 September 2022.
Selain itu, Igun menambahkan, konsumen yang masih akan menggunakan ojol adalah mereka yang ingin menuju suatu tempat dengan jarang dekat hingga menengah. Juga orang-orang yang tidak ingin repot atau sulit mencari parkiran, serta orang yang hanya ingin sampai di lokasi tujuan, turun, bayar, lalu masuk kantor.
Karena, kata Igun, menggunakan kendaraan sendiri bakal membuat biaya operasional makin melonjak, lahan pakir juga makin terbatas. Sementara jumlah kendaraannya semakin banyak, belum lagi kemacetan lalu lintas, yang membuat orang-orang itu mungkin lelah lebih dulu di jalan.
“Jadi kami tidak khawatir dengan penyampaian dari pakar tersebut bahwa nanti akan konsumen akan beralih ke kendaraan pribadi,” kata dia. “Kami enggak khawatir karena penyesuaian tarif itu adalah normatif, dan terjadi di setiap kenaikan harga BBM.”
Sebelumnya, Yayat Supriatna menilai kenaikan tarif ojol yang mulai berlaku pada Ahad pekan lalu diprediksi membuat banyak pengguna ojol beralih menggunakan sepeda motor pribadinya. Karena, menurut Yayat, kelebihan utama sepeda motor adalah penggunaan BBM yang hemat.
"Orang akan lebih banyak pindah ke sepeda motor, karena sepeda motor itu luar biasa. Motor baru itu, untuk setiap satu liternya ada yang bisa (mencapai jarak) 62 km," katanya dalam rilis survei nasional Polling Institute bertajuk "Kenaikan Tarif Ojek Online di Mata Pengguna dan Pengemudi" secara daring di Jakarta, Ahad, 11 September 2022.
Selanjutnya: Penumpang dengan jarak pendek yang beralih ke motor pribadi.
<!--more-->
Yayat mencatat jika penggunaan satu liter BBM bisa untuk jarak 40 km, maka bisa dibandingkan berapa besar efisiensi yang bisa dilakukan pelaju dengan menggunakan angkutan umum atau ojol.
"Makanya, kalau survei mengatakan kemungkinan besar orang akan pindah ke sepeda motor, benar. Karena kekuatan motor adalah pada super hematnya dalam konteks penggunaan energi dengan jarak yang ditempuh," imbuhnya.
Dalam simulasi yang dilakukan Yayat, dalam satu liter BBM bisa digunakan selama dua hari PP untuk jarak tempuh sekitar 10 km. Padahal biaya yang sama jika digunakan untuk angkutan umum atau ojol, hanya bisa digunakan untuk sekali perjalanan.
Ia juga mencontohkan, jika jarak rumahnya ke stasiun sejauh sembilan km dengan tarifnya Rp 24 ribu, maka perjalanan PP sudah menghabiskan Rp 50 ribu. Biaya tersebut, jika dikonversi dengan naik motor, totalnya bisa mencapai jarak tempuh 200-300 km untuk BBM jenis Pertalite.
"Jarak tempuh dekat, tapi mahal dengan naik angkot dan ojol kemungkinan besar akan membuat orang mau berpindah (ke motor pribadi) karena menghemat luar biasa. Kenapa? Karena gaji tidak naik, kalau gaji naik tidak apa-apa, tapi gaji tidak naik, BLT tidak cukup," imbuhnya.
Baca: Ramai Soal Listrik 450 VA Dihapus, PLN Jelaskan Soal Subsidi Tepat Sasaran
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.