Kerugian Hingga Rp 551 Triliun Per Tahun karena Susut dan Terbuangnya Pangan di Indonesia

Senin, 5 September 2022 15:35 WIB

Tranportasi pengangkut bawang merah di Brebes dari panen, yang berisiko terbuang (FAO /Harriansyah)

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) melaporkan pada 2021, selama dua dekade terakhir, food loss and waste atau susut dan terbuangnya pangan di Indonesia mencapai 115 hingga 184 kilogram per kapita per tahun.

Food and Agriculture Organization (FAO) bersama Kementerian Pertanian (Kementan) mengkaji penyebab susut dan terbuangnya pangan tersebut dalam Workshop Pembukaan Kajian Susut dan Terbuangnya Pangan, di Jakarta, Sabtu, 3 September 2022.

Food loss and waste ini mencakup terbuangnya pangan dari produksi ke grosir dan juga sisa pangan dari eceran ke rumah tangga. Kehilangan terbesar ditemukan pada tanaman, terutama sereal. Sedangkan sektor pangan paling tidak efisien, karena banyak terbuang dalam rantai pangan, adalah buah dan sayur. Bahkan di kawasan Asia-Pasifik, hampir setengah dari buah dan sayuran terbuang atau hilang sebelum sampai ke piring konsumen.

“Buah dan sayuran adalah komoditas bergizi yang paling banyak hilang dan terbuang,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Retno Sri Hartati Mulyandari dalam sambutannya, dikutip dari siaran pers yang diterima Tempo, Ahad, 4 September 2022.

Kerugian ekonomi akibat food loss and waste ini sekitar Rp 213 triliun sampai Rp 551 triliun per tahun, setara 4 hingga 5 persen dari Produk Domestik Bruto atau PDB Indonesia. Oleh karena itu, kata pihak FAO, sangat penting memahami hambatan dan tantangan dalam rantai nilai untuk mengurangi kehilangan pangan. Terbuangnya pangan ini disebabkan berbagai keterbatasan manajerial dan teknis dalam teknik panen, penyimpanan, transportasi, pengolahan, fasilitas pendinginan, infrastruktur, pengemasan dan sistem pemasaran.

Advertising
Advertising

“Terutama untuk komoditas yang mudah rusak, seperti buah-buahan dan sayuran,” kata Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal.

Salah satu sektor utama yang menjadi perhatian di sektor pertanian adalah produksi dan pengolahan pertanian skala kecil dan menengah. Retno mengatakan, pihaknya perlu bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memperbaiki situasi dan mengurangi susut dan limbah pangan di Indonesia ini. Untuk itu, FAO akan memberikan bantuan teknis kepada Kementan untuk mengeksplorasi hambatan dalam mengurangi susut dan terbuangnya pangan pada komoditas hortikultura yang mudah rusak.

Selanjutnya, FAO dan Kementan akan melakukan kajian dengan fokus pada tiga komoditas terpilih, yakni cabai di Banyuwangi, Jawa Timur, bawang merah di Brebes, Jawa Tengah, dan kubis di Cianjur, Jawa Barat. Penelitian akan dilakukan mulai September 2022 hingga Januari 2023. Studi ini bertujuan menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang titik susut dan terbuangnya pangan yang kritis dan solusi untuk mengatasi food loss and waste pada tiga komoditas tersebut.

“Hasil dari studi mendalam di ketiga komoditi ini, juga akan dijadikan model bagi studi-studi selanjutnya di berbagai komoditi yang berisiko,” tulis siaran pers FAO.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Baca: Gandeng FAO dan Australia, Pemerintah Kendalikan Penyakit Mulut dan Kuku

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

1 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

1 hari lalu

Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

Penambahan pupuk subsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton telah mendapat persetujuan dari presiden.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

3 hari lalu

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menjelaskan perihal laporan dugaan pelanggaran etik yang ditujukan kepadanya soal mutasi ASN di Kementan.

Baca Selengkapnya

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

3 hari lalu

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

Penggunaan uang korupsi Syahrul Yasin Limpo (SYL) terungkap di pengadilan. Mayoritas digunakan untuk kepentingan keluarga. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

5 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

5 hari lalu

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

Harga bawang merah mulai mengalami penurunan di sejumlah daerah.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

6 hari lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

6 hari lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

Tim Jaksa KPK menghadirkan empat saksi pada sidang lanjutan bekas Menteri Pertanian (Kementan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)

Baca Selengkapnya

Menteri Perdagangan Zulhas Prediksi Harga Bawang Merah Turun dalam Waktu Sepekan

10 hari lalu

Menteri Perdagangan Zulhas Prediksi Harga Bawang Merah Turun dalam Waktu Sepekan

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas yakin harga bawang merah akan kembali normal dalam kurun waktu seminggu ke depan.

Baca Selengkapnya

Harga Bawang Merah Melesat karena Gagal Panen, Ikappi Minta Percepat Distribusi

11 hari lalu

Harga Bawang Merah Melesat karena Gagal Panen, Ikappi Minta Percepat Distribusi

Ikappi menyayangkan kondisi curah hujan yang tinggi di beberapa daerah sehingga membuat gagal panen dan memicu kenaikan harga bawang merah.

Baca Selengkapnya