Dampak Harga BBM Naik, Pengamat: Inflasi Pangan Bisa Lebih dari 8 Persen

Minggu, 4 September 2022 17:00 WIB

Aktivitas pedagang di Pasar Rawamangun, Jakarta, Senin, 23 Mei 2022. Komoditas bawang, cabai, gula, dan telur ayam mengalami tren kenaikan dalam satu minggu terakhir. TEMPO/Muhammad Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta – Harga sejumlah kebutuhan pokok terpantau belum melonjak naik usai harga bahan bakar minyak (BBM) baru diumumkan pada Sabtu, 3 September 2022. Purnomo, pedagang telur di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat, masih menjual telur ayam ras seharga Rp 30.000 per kg. Harga itu, dia klaim turun dari lonjakan harga sebelumnya yang menyentuh Rp 31.000 hingga Rp 32.000 per kg.

“Sudah tiga hari ini sekilo Rp 30.000,” kata Purnomo ketika ditemui Tempo di kiosnya, Minggu, 4 September 2022. Dia menuturkan stok telur tersebut berasal dari Blitar,

Purnomo tidak bisa memprediksi harga telur ke depannya setelah harga BBM naik. Dia hanya mengikuti harga yang diterapkan di pasaran. “Saya enggak paham yang gitu-gituan. Kalau harganya naik, ya saya ikut naik jualnya,” kata dia.

Hal serupa dikatakan Tumiyem, pedagang kebutuhan pokok. Belum ada kenaikan harga kebutuhan setelah kenaikan harga BBM. Kenaikan harga yang terjadi pada cabai rawit, kata dia, sudah terjadi sebelum harga BBM naik. Faktor penyebabnya, kata dia, dari ketersediaan pasokan.

“Harga cabai rawit sekarang Rp 60.000 sekilo,” kata Tumiyem kepada Tempo, Minggu, 4 September 2022. “Kemarin-kemarin cabai rawit masih Rp 45.000 sampai Rp 50.000,” ungkapnya.

Advertising
Advertising

Tumiyem mengaku tidak mau ambil pusing. Sebagai pedagang, dia mengikuti harga pasaran. Dia juga tidak khawatir kehilangan pembeli.

“Kalau harga tinggi, ya saya jual tinggi. Namanya kebutuhan pokok mah pasti ada yang beli,” ujarnya.

Meskipun terpantau belum ada peningkatan harga kebutuhan pokok pasca kenaikan harga BBM, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov, mengatakan inflasi pangan berpotensi terjadi pasca naiknya harga BBM. Sebab kenaikan harga BBM meningkatkan biaya transportasi, khususnya untuk logistik kebutuhan pokok.

“Padahal inflasi pangan kemarin sudah 7,7 persen year on year,” kata Abra kepada Tempo, Minggu, 4 September 2022. “Sudah barang tentu level atau angka inflasinya akan di atas 8 hingga 8,5 persen pada bulan September ini."

Selain sektor transportasi dan pangan, Abra juga mengatakan sektor-sektor lainya akan turut terpapar. Poin yang membedakan hanyalah besaran dampak, jangka waktu, serta kecepatannya. “Ada yang bulan ini. Ada yang bulan-bulan berikutnya,” kata dia.

Dengan kata lain, lanjut Abra, kenaikan harga BBM tidak hanya menimbulkan gelombang pertama inflasi. Namun bisa memicu gelombang kedua, ketiga, dan seterusnya. Tentunya, hal ini terjadi jika pemerintah tidak mampu melakukan stabilisasi harga. Karenanya, menurut Abra, beban pemerintah akan jauh lebih berat.

“Kemarin pemerintah kan mengeluarkan subsidi untuk energi, sehingga harga-harga lain bisa terjaga. Nah, sekarang ini bukan hanya harus menjaga inflasi di energi tapi menjaga inflasi di sektor-sektor lain,” ujarnya.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

1 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

1 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

1 hari lalu

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

Presiden Joko Widodo alias Jokowi buka suara soal kelanjutan rencana pemerintah memberi insentif untuk mobil hybrid.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

2 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

3 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

9 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya