Greenpeace: Ketahanan Energi RI Dipertaruhkan Jika Masih Pakai Batu Bara

Kamis, 18 Agustus 2022 17:06 WIB

Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat 14 Januari 2022. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan target produksi batu bara 2022 mencapai 663 juta ton yang diperuntukkan untuk konsumsi domestik/domestik market obligation (DMO) sebesar 165,7 juta ton sedangkan sisanya 497,2 juta ton akan mengisi pasar ekspor. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

TEMPO.CO, Jakarta - Climate and Energy Campaigner Greenpeace Indonesia, Adila Isfandiari, menilai ketahanan energi bisa dipertaruhkan jika negara masih bergantung pada batu bara. Musababnya, saat ini Indonesia merupakan negara pengekspor batu bara terbesar di dunia.

Adila mengatakan jika komoditas itu habis, Indonesia harus bersaing dengan negara lain untuk mendapatkan batu bara dengan harga yang mahal. “Ditambah lagi dengan kondisi pasar yang tidak menentu, ketahanan energi Indonesia di sini dipertaruhkan,” ujar dia dalam diskusi daring bertajuk Merdeka dari Energi Fosil yang digelar pada Kamis, 18 Agustus 2022.

Di tengah krisis energi global, semua energi fosil--termasuk batu bara--akan mengalami kenaikan harga. Adila menghitung kini harga batu bara sudah meningkat empat kali lipat ketimbang tahun lalu menjadi US$ 400 per metric ton.

Kondisi tersebut akan menyulitkan Indonesia untuk mengamankan cadangan batu baranya, terutama untuk PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dan industri yang yang mengandalkan komoditas tersebut. Kenaikan harga batu bara membuat pengusaha lebih tertarik menjual komoditas ke pasar internasional karena disparitas harga yang cukup lebar.

Jika memasok komoditas ke dalam negeri untuk memenuhi domestic market obligation (DMO), batu bara hanya dihargai US$ 70 per metric ton. Sedangkan bila dikapalkan ke luar negeri, harga batu bara bisa menembus US$ 350 per matric ton, bahkan mencapai US$ 400 per matric ton.

Advertising
Advertising

“Ke depan pastinya itu harga batu bara ini akan semakin langka dan mahal karena sumber dayanya habis,” kata dia. “Dan Indonesia ternyata kita hanya mempunyai cadangan batu bara itu sebesar 3,2 persen dari total cadangan batu bara yang ada di dunia”

Berbeda dengan batu bara, harga energi surya dan angin malah turun signifikan dalam 10 tahun terakhir. Penurunan harga untuk masing-masing energi terbarukan tersebut hampir 90 persen untuk surya dan 70 persen untuk angin.

"Sedangkan harga energi yang berasal dari batu bara cenderung stagnan. Teknologinya sudah matcher sehingga untuk menurunkan harganya akan sangat suli,. Berbeda dengan energi terbarukan yang banyak inovasinya," kata Adila.

Indonesia kini tengah mengejar target untuk mencapai pengurangan emisi sampai 0 persen pada 2050. Adila mengatakan untuk mengejar target itu, Indonesia harus memiliki 50 persen energi terbarukan. Sedangkan sampai 2025, target Indonesia adalah mencapai bauran energi 23 persen.

"Jadi memang harus lebih cepat penambahannya, bahkan harus enam kali lebih cepat agar bisa mengejar target pada 2025,” tutur dia. Adapun pada 2021, bauran energi terbarukan di Tanah Air baru 12,6 persen.

Tahun depan, Indonesia diproyeksikan menggunakan porsi energi terbarukan 24,8 persen. Angka itu jauh dari rekomendari IPCC atau tidak sampai setengah dari porsi pemanfaatan energi batu bara yang sebesar 59,4 persen. Jika dirinci lagi, ternyata pada 2023, energi surya yang banyak potensinya hanya mendapat porsi 1,4 persen; panas bumi 8,2 persen; dan air 9,6 persen. “Itu menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)," katanya.

Baca Juga: Pedagang Pasar Beberkan Harga Pangan yang Melonjak: dari Cabai sampai Telur

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Faisal Basri Kritik Pameran Kendaraan Listrik, Sebut Ada Kepentingan Bisnis Elit

1 jam lalu

Faisal Basri Kritik Pameran Kendaraan Listrik, Sebut Ada Kepentingan Bisnis Elit

Faisal Basri mengkritisi promosi kendaraan listrik yang selama ini tak mengungkap adanya dampak negatif lantaran masih mengandalkan batu bara

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

5 jam lalu

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

Terpopuler: Perjalanan bisnis sepatu Bata yang sempat berjaya hingga akhirnya tutup, kawasan IKN kebanjiran.

Baca Selengkapnya

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

13 jam lalu

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

Energi kotor biasanya dihasilkan dari pengeboran, penambangan, dan pembakaran bahan bakar fosil seeperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

20 jam lalu

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

Koalisi organisasi masyarakat sipil mendesak agar kalangan perbankan berhenti memberikan dukungan pendanaan energi kotor seperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Indonesia Pamer Infrastruktur Hijau Dalam World Water Forum ke-10, Proyek Apa yang Menonjol?

1 hari lalu

Indonesia Pamer Infrastruktur Hijau Dalam World Water Forum ke-10, Proyek Apa yang Menonjol?

Berbagai konsep dan realisasi infrastruktur energi hijau milik Pemerintah Indonesia bakal menampang di World Water Forum ke-10 di Bali.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

2 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

3 hari lalu

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi

Baca Selengkapnya

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

3 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

5 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

5 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya