Mendag Sebut Pertumbuhan Ekspor 19,47 Persen Menopang Ekonomi Triwulan II

Senin, 8 Agustus 2022 15:59 WIB

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam acara peresmian ekspor baja PT GRP di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat pada Selasa, 26 Juli 2022. (Foto: Norman Senjaya)

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan atau Mendag Zulkifli Hasan menyampaikan kinerja ekspor Indonesia pada triwulan II tumbuh sebesar 19,74 persen. Kinerja ekspor menurutnya merupakan penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II sehingga mampu tumbuh positif sebesar 5,44 persen year on year (yoy).

“Ini merupakan momentum yang perlu kita jaga di tengah kondisi pelemahan ekonomi global dan tekanan inflasi yang meningkat di berbagai negara,” ujar Zulkifli dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Senin, 8 Agustus 2022.

Ia menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2022 ini lebih tinggi dari capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,01 persen secara yoy. Pertumbuhan ekonomi ini, kata dia, bahkan berhasil melampaui beberapa negara mitra dagang seperti Singapura dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8 persen, Korea Selatan sebesar 2,9 persen, Amerika Serikat 1,6 persen, dan RRT 0,4 persen pada triwulan II 2022.

Adapun ia melansir kinerja ekspor Indonesia di triwulan II 2022 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi dengan kontribusi mencapai 24,68 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Penguatan ekspor yang tinggi tersebut salah satunya didorong kenaikan harga komoditas dunia akibat konflik Rusia dan Ukraina yang mengakibatkan disrupsi pasokan global. Selain itu juga disebabkan oleh kenaikan permintaan negara mitra pasca pandemi.

Advertising
Advertising

Ia membeberkan pada triwulan II, ekspor migas Indonesia mencapai USD 4,46 miliar, atau tumbuh 35,17 persen dibandingkan kuartal I 2022. Sedangkan ekspor nonmigas Indonesia tercatat USD 70,46 miliar, atau tumbuh 12,12 prsen dibandingkan kuartal I 2022.

Produk ekspor yang menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2022 antara lain bahan bakar mineral (HS 27) seperti batubara, besi dan baja (HS 72) yang merupakan produk turunan nikel, bijih logam (HS 26), mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85), serta berbagai produk kimia (HS 38).

Ekspor batubara (HS 27) triwulan II tercatat meningkat pesat dari USD 8,87 miliar pada triwulan I menjadi USD 15,24 miliar di triwulan II 2022, atau tumbuh 71,83 persen quarter to quarter.

Selain komoditas utama, Zulkifli mengatakan beberapa produk ekspor Indonesia menunjukkan kinerja yang sangat positif seperti pupuk (HS 31), kapal perahu (HS 89), serta produk nikel dan barang daripadanya (HS 75).

Menurut dia, kinerja ekspor ke negara mitra dagang utama Indonesia pada triwulan II juga tercatat positif. Ekspor ke RRT yang merupakan negara mitra dagang utama Indonesia tercatat sebesar USD 15,18 miliar. Nilai ekspor ke RRT ini berkontribusi sebesar 21,54 persen dari ekspor Indonesia pada triwulan II. Selain itu, pada periode yang sama, ekspor ke India juga tumbuh pesat yaitu sebesar USD 6,89 miliar, atau meningkat dibandingkan triwulan I yang tercatat sebesar USD 4,53 miliar.

Sementara itu dari sisi impor, data statistik menunjukkan pada triwulan II impor Indonesia tercatat tumbuh positif sebesar 4,5 persen dibandingkan triwulan I. Pertumbuhan impor ini sebagian besar berasal dari peningkatan nilai impor migas. Impor migas tercatat mencapai US$ 10,84 miliar pada triwulan II ini, atau meningkat dibandingkan triwulan I yang tercatat sebesar US$ 8,62 miliar.

Dengan pertumbuhan ekspor yang tinggi, tuturnya, neraca perdagangan Indonesia pada triwulan II mencatat surplus yang cukup lebar mencapai US$ 15,55 miliar. Nilai ini melampaui surplus triwulan I yang hanya tercatat sebesar US$ 9,33 miliar.

Adapun pada periode Januari--Juni 2022, total surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar 24,89 miliar telah mencatatkan sejarah karena menjadi yang tertinggi dan melampaui surplus tertinggi sebelumnya pada 2007 sebesar US$ 20,15 miliar.

Zulkifli Hasan kemudian memperkirakan situasi global yang penuh turbulensi saat ini masih akan tetap memberikan keuntungan pada harga komoditas dan menjadi durian runtuh (windfall) bagi kinerja ekspor komoditas Indonesia ke depan.

Pemerintah Indonesia terus melakukan antisipasi melalui penguatan faktor-faktor produksi di dalam negeri dan memprioritaskan program-program yang menjaga kestabilan harga dan ketersedian bahan pokok. Kementerian Perdagangan juga aktif melakukan diversifikasi akses pasar ekspor melalui sejumlah perjanjian perdagangan untuk tetap menjaga kinerja ekspor yang tumbuh sangat baik.

RIANI SANUSI PUTRI

Baca: Kenaikan Harga Komoditas bagai Durian Runtuh, Mendag Prediksi Ekspor RI Tetap Moncer

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

8 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

13 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

22 jam lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

2 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

2 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

2 hari lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

3 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya