BI Tahan Suku Bunga, LPS Yakin Simpanan Dolar di RI Tak Lari ke Singapura

Senin, 1 Agustus 2022 20:58 WIB

Karyawan bank mengitung uang 100 dolar amerika di Bank Mandiri Pusat, Jakarta, Selasa, 17 Maret 2020. Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa, semakin tertekan dampak wabah COVID-19. Rupiah ditutup melemah 240 poin atau 1,61 persen menjadi Rp15.173 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.933 per dolar AS. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) meyakini simpanan dalam bentuk valuta asing (valas), khususnya dolar Amerika Serikat, tidak akan lari ke Singapura atau negara lain meski Bank Indonesia belum menaikkan suku bunga acuan. Prediksi tersebut sejalan dengan tanda-tanda likuiditas perbankan yang relatif stabil.

"Jadi kenapa kami tidak bergerak, atau belum bergerak, atau seperti ignorance terhadap selisih suku bunga karena kami monitor beberapa faktor yang menjelaskan kami belum perlu bertindak," kata Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa saat konferensi pers hasil rapat berkala KSSK, Senin, 1 Agustus 2022.

Bank Indonesia (BI) sebelumnya masih menahan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo di level 3,5 persen. Sikap BI ini berkebalikan dengan bank sentral negara lain yang telah mengerek suku bunga acuannya.

Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed), misalnya, telah menaikan suku bunga acuan sebesar 75 basis points (bps) ke kisaran 2,25-2,50 persen pada akhir Juli 2022. Suku bunga acuan tersebut bahkan sudah naik empat kali sejak awal 2022.

Purbaya mengakui tingkat suku bunga di dalam negeri memang menyebabkan adanya disparitas suku bunga dengan negara lain, termasuk Singapura. Namun, dia memastikan ada sejumlah faktor yang menyebabkan pihaknya merasa belum perlu mengubah suku bunga simpanan.

Advertising
Advertising

Faktor pertama, kata dia, cakupan penjaminain simpanan rupiah maupun valas masing tinggi. Tingkat bunga penjaminan yang ada saat ini juga terjaga di atas 90 persen. Dia melanjutkan cakupan penjaminan simpanan valas saat ini mencapai 98,5 persen dari jumlah rekening.

"Jadi hampir semuanya sudah di-cover. Tapi yang paling penting kami melihat penjaminannya di Januari 2022 98,22 persen; sekarang 98,58 persen. Jadi ada kenaikan dari sisi jumlah rekening, bukan keluar malah bertambah," ujar Purbaya.

Kedua, dia menuturkan kebijakan LPS akan selalu sejalan dengan sinyal kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia. Saat ini, BI masih ingin mendorong pertumbuhan ekonomi dengan cara tidak menaikkan biaya pendanaan atau cost of fund.

Ketiga, belum ada indikasi kuat pengalihan simpanan di dana valas perbankan ke luar negeri. Dana pihak ketiga (DPK) valas di perbankan sampai data terakhir pada Juni 2022 menurut Purbaya masih tumbuh 4,5 persen secara tahunan. Selain itu ada pergeseran DPK dari deposito ke giro.

Pada Januari 2022, total deposito valas di perbankan mencapai US$ 21,42 miliar, sedangkan pada Juni 2022 US$ 19,94 miliar. Sementara itu, giro pada Januari 2022 US$ 36,48 miliar dan pada Juni 2022 justru naik menjadi US$ 37,55 miliar.

"Ini menggambarkan memang ekonomi yang sedang berekspansi. Orang-orang yang tadinya taruh uang di bank terima bunga aja, oh dia melihat ada bisnisnya, sehingga uangnya dipindahkan ke giro karena dia siap-siap untuk membelanjakan," kata Purbaya.

Faktor terakhir, kebijakan suku bunga penjaminan simpanan ini belum berubah agar tidak menjadi insentif bagi deposan valas retail. "Jadi kalau kita naikkin tiba-tiba justru bisa memicu orang pindah, justru saya mengganggu stabilitas rupiah," tutur Purbaya.

LPS tak mengubah tingkat bunga penjaminan simpanan dalam rupiah maupun valas di bank umum. Berdasarkan evaluasi Juli 2022, LPS memastikan tingkat bunga penjaminan simpanan rupiah 3,5 persen dan valas 0,25 persen untuk periode 28 Mei-30 Spetember 2022.

Baca juga: OJK Masih Kaji Aturan Konten YouTube Jadi Agunan Kredit

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat hingga Rp 15.900 per Dolar AS

1 jam lalu

Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat hingga Rp 15.900 per Dolar AS

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp 15.900 - Rp 15.990.

Baca Selengkapnya

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

21 jam lalu

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

Yusuf Mansyur mengklaim investasi syariah paytren tidak menjadi tempat pencucian uang, dia tidak tergoda dengan uang yang dianggap tidak benar

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

1 hari lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

1 hari lalu

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

2 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

Pada awal perdagangan Jumat pagi, rupiah turun 60 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.984 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

3 hari lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

3 hari lalu

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memberikan analisis soal nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS belakangan ini.

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

3 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

3 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.

Baca Selengkapnya