Bank Indonesia: CBDC Cocok sebagai Alat Tukar dalam Ekosistem Terdesentralisasi

Selasa, 12 Juli 2022 15:52 WIB

Logo atau ilustrasi Bank Indonesia. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengungkapkan mata uang digital bank sentral atau yang dikenal dengan Central Bank Digital Currency (CBDC) akan memainkan peran penting bagi sistem keuangan masa depan.

"CBDC berpotensi cocok untuk digunakan sebagai alat tukar yang sah dalam ekosistem terdesentralisasi, fitur utama yang tentu saja tidak ada di ekosistem uang kertas tradisional saat ini," ungkap Juda dalam Acara G20 Techsprint Central Bank Digital Currency Midpoint Event di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa 12 Juli 2022.

Ia melanjutkan CBDC juga harus mampu tampil sebagai instrumen untuk mempengaruhi insentif pasar, serta untuk mengelola risiko keuangan yang muncul dari ekosistem terdesentralisasi.

Alasan tersebut adalah motivasi bagi bank sentral di seluruh dunia dalam memperluas upaya mereka dalam eksperimen CBDC atau mata uang digital bank sentral.

Berdasarkan survei Bank International Settlements (BIS) pada tahun 2021 sebanyak 86 persen dari responden bank sentral secara aktif meneliti kasus potensial untuk CBDC, 60 persen diantaranya sedang dalam tahap eksperimen dan 14 persen telah menerapkan proyek percontohan.

Juda menyebutkan pentingnya peran CBDC bagi sistem keuangan masa depan didasarkan oleh kekhawatiran atas implikasi risiko keuangan mata uang digital swasta yang tumbuh sejalan dengan tingginya kapitalisasi pasar dan dikombinasikan dengan adopsi yang kuat.

"Selain itu transisi dari web 2.0 ke web 3.0 memungkinkan mata uang digital swasta untuk memperluas penggunaan, tidak hanya melalui ruang keuangan yaitu Decentralized Finance (DeFi) dengan fitur pinjam meminjam dan pasar modal, tetapi juga kepada penggunaan ekonomi riil, seperti metaverse," tuturnya.

Dikembangkan oleh teknologi baru, ia mengatakan mata uang digital swasta telah mencatatkan pertumbuhan yang luar biasa selama beberapa tahun terakhir, terutama setelah masa pandemi COVID-19.

Saat ini, sambung dia, ada lebih dari 20 ribu jenis mata uang kripto swasta di seluruh dunia. Jumlah tersebut diprediksi akan terus bertambah dari waktu ke waktu, begitu pula dengan jumlah dana yang akan mengalir ke mata uang kripto swasta.

Baca: Bank Indonesia Ungkap Dampak Dua Mata Pedang Aset Kripto pada Sistem Keuangan

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 jam lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

3 jam lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

Inilah 7 Mata Uang dengan Nilai Tukar Tertinggi di Dunia

5 jam lalu

Inilah 7 Mata Uang dengan Nilai Tukar Tertinggi di Dunia

Meskipun daftar ini dapat berubah seiring waktu, sejumlah mata uang ini tetap menjadi pilihan yang stabil dan kuat dalam ekonomi global.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

6 jam lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

20 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

1 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

1 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

3 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

4 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya