Harga Minyak Mentah Rebound ke USD 104,65 Dipicu Sentimen Ketatnya Pasokan
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 8 Juli 2022 09:29 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak pada penutupan perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB melonjak setelah jeblok parah pada dua sesi sebelumnya. Penguatan harga komoditas itu di antaranya karena investor kembali berfokus mengamati pasokan yang ketat, meskipun ada juga kekhawatiran soal potensi resesi global.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September tercatat naik US$ 3,96 atau 3,9 persen menjadi US$ 104,65 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melejit US$ 4,2 atau 4,3 persen menjadi US$ 102,73 per barel.
Adapun perdagangan minyak mentah terpantau sangat fluktuatif. Pada terendah sesi, harga minyak jatuh sekitar US$ 2 per barel.
Sementara itu, indeks-indeks utama Wall Street dibuka lebih tinggi mengkompensasi kerugian pekan lalu. Pada minggu lalu harga minyak mentah jeblok dipicu kekhawatiran resesi dan akibat langkah bank sentral yang agresif menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi.
Analis pasar senior di OANDA Jeffrey Halley memperkirakan harga minyak mentah masih berpeluang menguat dalam waktu dekat. "Dengan turunnya pasokan minyak Rusia seiring berjalannya tahun dan dengan sisa OPEC yang putus asa tidak berinvestasi dalam mempertahankan kapasitas produksi, saya khawatir hari-hari minyak US$ 100 akan bersama kita untuk beberapa waktu," katanya.
Sedangkan di sisi pasokan, para pedagang bersiap untuk gangguan pasokan minyak di Caspian Pipeline Consortium (CPC), yang telah diberitahu oleh pengadilan Rusia untuk menangguhkan aktivitas selama 30 hari. Ekspor melalui CPC, yang menangani sekitar satu persen pasokan minyak global, masih terjadi hingga Rabu pagi, 6 Juli 2022.
<!--more-->
Pasokan minyak mentah juga diperkirakan bakal tertekan setelah Washington memperketat sanksi terhadap anggota OPEC Iran pada Rabu lalu. Teheran ditekan karena berusaha untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 dan melepaskan ekspornya.
Sementara itu, presiden Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois, Jim Ritterbusch, yakin tren penurunan harga minyak tak berlanjut pada pekan ini. "Penjualan margin call yang tampaknya memacu sebagian besar penurunan harga minggu ini kemungkinan telah selesai."
Per pekan lalu, stok minyak mentah AS naik 8,2 juta barel. Badan Informasi Energi AS menyatakan hal itu dipicu oleh peningkatan persediaan dan karena penyulingan memangkas produksi.
Namun begitu, produk minyak mentah yang dipasok, proksi terbaik untuk permintaan konsumen AS, naik dalam minggu terakhir menjadi 20,5 juta barel per hari. "Hampir setiap indikator dalam laporan itu tampaknya menunjukkan bahwa hanya permintaan yang mendapatkan momentum," kata Phil Flynn, seorang analis di grup Price Futures.
Pada Rabu lalu, 6 Juli 2022, harga minyak jenis Brent dan WTI berada di level terendah sejak 11 April 2022. Sedangkan sehari sebelumnya, harga minyak WTI jeblok 8 persen sementara Brent jatuh 9 persen atau sekitar US$ 10,73 yang merupakan terbesar ketiga untuk kontrak sejak mulai diperdagangkan pada tahun 1988.
ANTARA
Baca: Bos Pertamina Cerita Dilema Naikkan Harga Pertamax: Ada Kemungkinan Shifting ke Pertalite
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.