Inflasi Juni 2022 Capai Rekor Tertinggi, Kenapa Gubernur BI Tak Lekas Naikkan Suku Bunga?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 1 Juli 2022 15:41 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS telah mengumumkan laju inflasi Juni 2022 mencapai level 4,35 persen. Angka tersebut tercatat sebagai level tertinggi sejak lima tahun silam atau sejak Juni 2017.
Secara tahunan, penyumbang utama tingkat inflasi Juni 2022 berasal dari komoditas makanan minuman dan tembakau dengan andil kepada inflasi sebesar 0,47 persen. Sedangkan secara bulanan, tingkat inflasi pada periode itu mencapai 0,61 persen dan secara tahun kalender 2022 mencapai 3,19 persen.
Lalu bagaimana respons Gubernur Bank Indonesia?
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan tingkat inflasi per Juni 2022 lebih dipengaruhi oleh komponen harga bergejolak (volatile food). Di sisi lain, inflasi inti pada Juni 2022 tercatat sebesar 2,63 persen secara tahunan.
Ia menilai, laju inflasi secara fundamental itu terbilang masih rendah. Oleh karena itu, masih ada ruang bagi suku bunga acuan untuk tetap dijaga pada level yang rendah.
“Inflasi inti relatif rendah sehingga itu memberikan ruang fleksibilitas bagi kami untuk tidak buru-buru menaikkan suku bunga,” ujar Perry dalam rapat kerja bersama dengan Badan Anggaran DPR RI, Jumat, 1 Juli 2022.
Lebih jauh, Perry membeberkan bahwa kenaikan subsidi energi oleh pemerintah dengan dukungan pembiayaan dari BI akan tetap mendukung terkendalinya inflasi. Inflasi diyakini bakal terkendali khususnya dari tekanan harga yang diatur pemerintah (administered prices).
Selanjutnya: Sri Mulyani prediksi inflasi akhir tahun mencapai 4,5 persen.
<!--more-->
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya memprediksi tingkat inflasi hingga akhir tahun 2022 ini akan berada di 4,5 persen. Laju inflasi tersebut dipengaruhi oleh lonjakan harga komoditas global akibat disrupsi rantai pasok global dan perang antara Rusia dan Ukraina.
Perkiraan tersebut melampaui proyeksi inflasi yang disampaikan pemerintah sebelumnya di kisaran 2 hingga 4 persen. “Inflasi sedikit mengalami tekanan di semester II/2022 di kisaran 3,5 hingga 4,5 persen persen. Keseluruhan tahun (inflasi diperkirakan) di kisaran 3,5 hingga 4,5 persen,” tutur Sri Mulyani.
Bendahara negara itu memperkirakan tekanan dari tingginya harga komoditas masih akan berlanjut di semester II pada tahun 2022. Dengan begitu, inflasi akan terdorong sedikit lebih tinggi dari batas atas sasaran.
Walau demikian, kata Sri Mulyani, peran dari APBN sebagai shock absorber diharapkan dapat mendukung terjaganya daya beli masyarakat dan terkendalinya laju inflasi.
Kepala BPS Margo Yuwono sebelumnya dalam konferensi pers menyebutkan inflasi Juni 2022 mencapai 4,35 persen secara tahunan atau melampaui level tertinggi sejak Juni 2017 yang sebesar 4,37 persen. Adapun komoditas penyumbang utama inflasi pada periode tersebut adalah minyak goreng, cabai merah, dan rokok kretek filter.
BISNIS
Baca: Bantah Lakukan PHK, Produsen Sepatu Nike Sebut Berhentikan 297 Karyawan karena ..
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.