Dua Sebab Pertumbuhan Ekonomi RI Mandek di 5,01 Persen Versi Indef

Rabu, 11 Mei 2022 20:36 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II-2021 Tertinggi Sejak 17 Tahun

TEMPO.CO, Jakarta -Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengatakan macetnya konsumsi pemerintah dan meningkatnya laju impor menyebabkan pertumbuhan ekonomi triwulan I mandek di angka 5,01 persen.

“Sebanyak 15 kementerian dengan alokasi dana terbesar ini belanjanya ngerem dan tidak sebesar tahun 2021,” kata Eko Listyanto, Wakil Direktur INDEF, Rabu, 11 Mei 2022.

Padahal, katanya, Kementerian Keuangan menyatakan pendapatan negara pada 2022 meningkat dari Rp 379 Triliun menjadi Rp 500-an triliun. Namun ternyata belanja 15 Kementerian dengan alokasi besar pada triwulan I macet dan tidak sebesar tahun lalu, padahal apabila penyerapan optimal, pertumbuhan ekonomi triwulan I kemungkinan bisa melampaui 5,01 persen.

“Mungkin ini nanti bisa tanya ke menterinya, kenapa penyerapan mereka menjadi lebih rendah dari 2021, sehingga seolah-olah pertumbuhan ekonomi triwulan I karena ekspor dan konsumsi masyarakat, bukan karena dampak kebijakan APBN atau fiskal pemerintah,” kata Eko.

Ia mendorong agar pemerintah mengoptimalkan penyerapan anggaran jika ingin mengejar target pertumbuhan ekonomi tahunan 5,2 persen. Eko menyayangkan selama ini belanja pemerintah seringkali menumpuk di akhir tahun atau triwulan keempat, di mana seharusnya konsumsi pemerintah tersebar pada triwulan awal.

“Kita ingatkan ke pemerintah agar belanja itu tersebar pada triwulan awal, terutama triwulan 1 atau 2, agar dampak ekonominya akan jauh lebih besar. Saya rasa dengan peningkatan penerimaan tidak ada alasan anggaran kurang. Dan ini menjadi kewajiban baik bagi pemerintah pusat maupun daerah, dan juga 15 kementerian yang mendapat alokasi dana besar tetapi belanjanya melempem,” tutur Eko.

Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi triwulan I lebih banyak ditopang pada peningkatan laju ekspor dan konsumsi rumah tangga. Pengendalian pandemi Covid-19 telah membuahkan hasil meningkatkan daya beli masyarakat yang kemudian menopang pertumbuhan ekonomi.

“Di sini kita masih melihat konsumsi belum pulih total karena belum mencapai 5 persen atau saat ini baru 4,3 persen. Ini sebagian besar terjadi karena low base effect yang terjadi di triwulan 2021, di mana konsumsi kita yang tadinya -2,21 persen sekarang tumbuh 4,34 persen,” tutur Eko.

Indef menyarankan agar pemerintah tetap menjaga daya beli masyarakat dan sebaiknya tidak menaikkan harga energi atau kebutuhan pokok karena masyarakat baru saja menikmati penurunan dampak pandemi.

“Jadi secara keseluruhan pertumbuhan konsumsi kita belum pulih betul sehingga kalau ke depan akan ada upaya menaikkan sejumlah harga atau administered price, maka siap-siap saka mungkin daya beli akan rontok lagi pascalebaran,” kata Eko.

Baca Juga: INDEF: Pertumbuhan Ekonomi RI Masuk 5 Besar Negara G20, tapi Meleset dari Target

Berita terkait

Bea Cukai jadi Sorotan, CITA Sarankan Sejumlah Langkah Perbaikan

2 jam lalu

Bea Cukai jadi Sorotan, CITA Sarankan Sejumlah Langkah Perbaikan

Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) menyoroti kritik publik terhadap Ditjen Bea Cukai belakangan ini.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Komentari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi Sejak 2015

3 jam lalu

LPEM FEB UI Komentari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi Sejak 2015

LPEM FEB UI memaparkan secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi masih cenderung stagnan.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua 2024 Melambat

11 jam lalu

LPEM FEB UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua 2024 Melambat

BPS menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,11 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada triwulan I 2024.

Baca Selengkapnya

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

11 jam lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

15 jam lalu

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

Jokowi mengatakan CEO dari perusahaan teknologi global, yakni Tim Cook dari Apple dan Satya Nadela dari Microsoft telah bertemu dengan dia di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Serba-serbi UKT: Landasan Penetapan Besaran UKT di Perguruan Tinggi Negeri

17 jam lalu

Serba-serbi UKT: Landasan Penetapan Besaran UKT di Perguruan Tinggi Negeri

Pembahasan besaran Uang Kuliah Tunggal disingkat UKT kerap menjadi persoalan yang kerap diprotes mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

19 jam lalu

Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

Presiden Jokowi juga menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang Indonesia pakai masih didominasi barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

20 jam lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

20 jam lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

1 hari lalu

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

Eks menteri keamanan Panama memenangkan pilpres setelah menggantikan mantan presiden Ricardo Martinelli dalam surat suara.

Baca Selengkapnya