Ethereum Melemah di Level Rp 35,2 Jutaan, Analis: Ada Panic Selling

Kamis, 27 Januari 2022 21:17 WIB

Ethereum. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Ethereum pada hari ini, Kamis, 27 Januari 2022, kembali melemah dan jatuh di level US$ 2.449,71 atau sekitar Rp 35,2 juta (asumsi kurs Rp 14.385 per dolar AS). Artinya aset kripto itu telah jeblok hingga 3,39 persen dalam 24 jam terakhir.

Sebelumnya, situs coinmarketcap.com pada pukul 15.00 WIB menunjukkan Ethereum sempat bertengger di level US$ 2.413,11 (Rp 34,7 juta).

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan Ethereum besok masih akan bergerak fluktuatif. "Tetapi menguat di kisaran US$ 2.345,5 - 2.600,5," ujarnya dalam keterangan tertulis hari ini. Dalam analisisnya, Ibrahim memprediksi harga aset kripto tersebut bakal berkisar Rp 33,7 – 37,4 juta besok.

Ia menjelaskan, merosotnya harga Ethereum karena adanya panic selling. Meski begitu, menurut dia, hal tersebut tidak akan berlangsung lama seperti awal Januari 2022.

Rencana Gubernur The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan pada Maret 2022 disambut negatif oleh investor. “Walaupun semalam The Fed mempertahankan suku bunga kebijakannya tidak berubah, tetapi Powell meramalkan pertempuran berkelanjutan untuk menjinakkan inflasi."

Advertising
Advertising

Pernyataan Jerome Powell tersebut, menurut Ibrahim, memberi sinyal bahwa inflasi akan tetap tinggi untuk jangka panjang. Masalah rantai pasokan pun ternyata lebih besar serta lebih tahan lama dari perkiraan sebelumnya.

<!--more-->

Hal-hal tersebut yang membuat para investor memprediksi The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan pertama kali pada 15-16 Maret mendatang. Kemudian dilanjutkan dengan tiga kenaikan suku bunga lagi sepanjang tahun 2022.

“Berdasarkan data CME Fedwatch, pelaku pasar mengantisipasi bahwa The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan paling cepat 25 basis poin pada Maret 2022 dengan probabilitas 91,5 persen,” kata Ibrahim.

Rencana pemerintah Amerika mengeluarkan kebijakan komprehensif terkait cryptocurrency, menurut dia, juga berimplikasi signifikan terhadap kripto. Lebih luas lagi, rekomendasi dan kesimpulan sejumlah pelaku kebijakan bakal makin berdampak pada nilai aset kripto, NFT, dan kualitas penyebaran blockchain teknologi untuk aplikasi lain.

Sebelumnya CEO Litedex Protocol, Andrew Suhalim, memperkirakan fenomena panic selling di cryptocurrency bakal berakhir karena reli di kripto alternatif dapat terjadi. Hal ini terutama bila Bitcoin bisa stabil di level US$ 38.000 hingga US$ 40.000 atau sekitar Rp 575,4 jutaan pasca informasi positif pemerintah AS terhadap kripto, termasuk di dalamnya adalah Ethereum.

Baca: Bos BPJS Kesehatan Bakal Pangkas Sistem Rujukan Berjenjang, Ini Sebabnya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

9 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

9 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

10 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

11 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

11 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

11 hari lalu

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

Kesepakatan kerja sama ini dirancang untuk meningkatkan deteksi aset yang mungkin memiliki kewajiban pajak di kedua negara.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

13 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya