OJK: Penghimpunan Dana di Pasar Modal Lebih Tinggi dari Pembiayaan Perbankan
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Martha Warta Silaban
Kamis, 30 Desember 2021 17:07 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso mengatakan penghimpunan dana di pasar modal pada 2021 mencapai angka tertinggi dalam sejarah bursa di Tanah Air.
"Ini juga dalam sejarah di Indonesia paling tinggi dalam setahun. Bahkan ini juga lebih tinggi dari pembiayaan di perbankan," ujar Wimboh dalam penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia, Kamis, 30 Desember 2021.
OJK mencatat nilai emisi efek di pasar modal Indonesia meningkat 201,95 persen dari Rp 118,7 triliun di 2020 menjadi Rp 358,42 triliun di 2021.
"Pembiayaan perbankan tidak sampai Rp 300 triliun tahun ini. Ini adalah sejarah juga bahwa di pasar modal lebih tinggi dari pembiayaan perbankan," tutur Wimboh.
Wimboh mengatakan OJK masih berkomitmen penuh meningkatkan integritas pasar dengan berbagai kewenangannya. Ia mengatakan langkah itu dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pasar modal dan meningkatkan likuiditas.
"Blessing di masa pandemi orang belanjanya berkurang dan dimasukkan di pasar modal. Jadi dengan digitalisasi transaksi mendukung itu semua. Jadi tadi investor retailnya masuk 7 juta. Kami akan terus melakukan perbaikan," ujar Wimboh.
Sebelumnya, Direktur Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi mengatakan jumlah investor di pasar modal meningkat signifikan pada tahun 2021. Ia mencatat adanya penambahan sekitar 3,6 juta investor di bursa pada tahun ini.<!--more-->
"Sehingga jumlahnya mencapai 7,5 juta investor atau naik 92,7 persen. Dengan kata lain terdapat peningkatan sekitar 8 kali lipat sejak tahun 2016," ujar Inarno.
Di antara investor pasar modal, jumlah investor saham juga sama mengalami peningkatan pesat sebanyak 1,7 juta investor, menjadi 3,4 juta investor. "Ini pencapaian tertinggi juga, meningkat lebih dari 100 persen dalam setahun," ujar Inarno.
Secara khusus, Inarno menuturkan pertumbuhan investor ritel saham tahun 2021 ditopang oleh kalangan milenial kelahiran tahun 1981-1996 serta generasi Z kelahiran 1997-2012, atau investor pada rentang usia di bawah 40 dan sama dengan 40 tahun. Jumlah mereka mencapai 2,7 juta investor atau sebesar 88 persen dari total investor ritel baru.
Inarno melihat tren positif ini menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2021 investor dan pelaku pasar masih optimistis terhadap outlook perekonomian Indonesia dan pasar modal. Meskipun, pada tahun ini Indonesia masih menghadapi ketidakpastian akibat pandemi yang berlangsung sejak tahun lalu, terlebih dengan munculnya varian Omicron.
Hingga 29 Desember 2021, tutur Inarno, IHSG ditutup di level 6.600 dengan kapitalisasi pasar mencapai nilai total Rp 8.277 triliun. Di samping itu, ia bersyukur BEI beserta SRO dengan dukungan OJK dapat mempertahankan operasional perdagangan dengan maksimal tanpa kendala apapun.
Lebih lanjut, ia mengatakan likuiditas perdagangan meningkat signifikan sepanjang 2021. Baik dari sisi nilai tumbuh 45 persen, frekuensi tumbuh 91 persen, dan volume transaksi kita tumbuh 81 persen.
Inarno menyebut rata-rata nilai transaksi sudah sampai Rp 13,4 triliun per hari, diikuti frekuensi transaksi menjadi 1,3 juta transaksi per hari, dan volume transaksi menjadi lebih dari 20,6 miliar saham per hari.
Baca Juga: BEI Ungkap Sektor Saham yang Paling Diincar Milenial, Apa Saja?