Efek Inflasi, Bank Sentral Inggris Naikkan Suku Bunga Jadi 0,25 Persen
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Kodrat Setiawan
Jumat, 17 Desember 2021 14:14 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - The Bank of England (BoE) atau Bank Sentral Inggris menjadi bank sentral utama pertama di dunia yang resmi menaikkan suku bunga acuan dari 0,1 persen menjadi 0,25 persen. Penyesuaian moneter ini dilakukan setelah inflasi di negara tersebut tembus 5,1 persen pada November lalu atau tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Kebijakan ini pun diambil karena adanya kemungkinan inflasi ini akan terus bergerak naik hingga mencapai 6 persen pada April mendatang atau tiga kali lipat dari target BoE. Gubernur BoE Andrew Bailey mengatakan pihaknya memperhatikan kemungkinan inflasi jangka menengah tersebut,
"Kami melihat kondisi saat ini dapat mengancam, itu sebabnya kami harus bertindak," kata Bailey pada Kamis, 16 Desember 2021, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, European Central Bank (ECB) atau Bank Sentral Eropa juga sudah memberi sinyal akan melakukan pengetatan stimulus merespons kondisi inflasi global ini. Lalu, Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) juga memberi sinyal kenaikan suku bunga acuan di 2022 ini.
Respons moneter The Fed ini juga terjadi karena lonjakan inflasi di negara itu. Oktober kemarin, inflasi Amerika Serikat mencapai 6,2 persen atau tertinggi dalam 30 tahun. November lalu masih naik lagi jadi 6,8 persen.
Bank Indonesia atau BI memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak satu kali pada tahun depan. "Paling cepat triwulan III atau triwulan IV," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis, 16 Desember 2021.
<!--more-->
Di sisi lain, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15-16 Desember 2021 memutuskan untuk tetap mempertanhakan suku bunga acuan atau BI 7 Days Repo Rate sebesar 3,5 persen. Suku bunga deposit facility juga dipertahankan di 2,75 persen, serta suku bunga lending facility tetap di 4,25 persen.
"Keputusan ini sejalan dengan masih perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan di tengah perkiraan inflasi yang rendah dan upaya mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry warjiyo dalam konferensi pers, Kamis, 16 Desember 2021.
Kenaikan, maupun ancang-ancang kenaikan, suku bunga acuan di beberapa bank sentral global ini sudah diperkirakan oleh pemerintah. Sejak 14 Desember, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menyampaikan kewaspadaan merespons kebijakan negara maju akibat inflasi yang melonjak di tengah pemulihan ekonomi saat ini.
Kala itu, Sri Mulyani menyoroti kenaikan inflasi terjadi di Eropa yang biasanya mendekati 0 persen atau deflasi. Ia lalu mencontohkan Jerman yang sudah mengalami lonjakan inflasi sampai 4 persen. "Ini merupakan tekanan yang luar biasa," kata dia.
Tapi sebenarnya angkanya sudah lebih tinggi dari itu. Media lokal di Jerman, DW, melaporkan data awal dari biro statistik menunjukkan inflasi dari IHK November akan tembus mencapai 5,2 persen, salah satunya didorong oleh kenaikan harga energi.
"Kami bisa langsung proyeksikan bahwa tekanan kepada otoritas moneter untuk melakukan pengetatan semakin besar, secara politik maupun faktual," kata Sri Mulyani dalam acara Tempo Economic Briefing 2022 di akun YouTube Tempodotco pada Selasa, 14 Desember 2021
Baca: Asetnya Disita Karena Utang BLBI, Tommy Soeharto Bangun Lapangan Golf Baru Rp 200 M
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
.