Arcandra Tahar Beberkan Upaya Cina Tekan Emisi dan Beralih ke Energi Terbarukan

Selasa, 14 Desember 2021 15:26 WIB

Komisaris Utama PGN Arcandra Tahar memberikan keterangan usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di kantor pusat PT PGN di Jakarta, Selasa, 21 Januari 2020. Ia juga memohon dukungan kepada seluruh direksi dan komisaris agar bisa bekerja sama dengan lebih baik untuk meningkat kinerja PGN. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar menyebutkan Cina tengah berupaya memenuhi komitmennya untuk menekan emisi gas rumah kacanya. Komitmen untuk mencapai net-zero emission sebelum tahun 2060 itu sudah disampaikan dalam sidang tahunan PBB di bulan September 2021 lalu.

Cina, kata Arcandra, tercatat sebagai negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia dan diikuti oleh Amerika Serikat dan India di peringkat kedua dan ketiga. "Sedangkan emisi gas rumah kaca Indonesia hanya sekitar 5 persen dari yang dihasilkan Cina," ucapnya seperti dikutip dari postingannya lewat akun Instagram @arcandra.tahar , Selasa, 14 Desember 2021.

Dengan jumlah emisi gas rumah kaca yang sangat besar itu, menurut Arcandra, wajar jika Presiden Cina berniat dan berupaya memenuhi komitmen tersebut. Niat baik ini diiringi dengan komitmen yang tak kalah penting untuk tidak lagi mendukung pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di luar Cina. Negara itu juga mendorong pengembangan energi hijau dan rendah karbon.

Lalu, apakah Cina mampu mewujudkan komitmen ini secara konsisten? Terutama bila ditinjau dari sisi tantangan industri dalam negeri Cina yang membutuhkan energi murah. Soal ini, Arcandra menyebutkan, salah satu cara untuk melihat komitmen itu adalah dengan mengamati penambahan kapasitas pembangunan PLTU di Cina.

Data dari Global Energy Monitor pada tahun 2020 menunjukkan kapasitas PLTU Cina bertambah sebanyak 38 GigaWatt (GW). Sementara, di luar negara itu, kapasitas PLTU milik Cina hanya bertambah sekitar 12 GW.

Advertising
Advertising

Artinya, menurut Arcandra, Cina membangun tiga kali lipat PLTU lebih banyak daripada yang dibangun oleh negara-negara di luar Cina. Hal ini terjadi pada saat ekonomi dunia terkontraksi atau perlambatan ekonomi yang sangat dalam.

Sedangkan untuk lima tahun yang akan datang atau untuk periode 2021-2025, kata Arcandra, akan ada penambahan kapasitas PLTU sebesar 200 GW di Cina dengan nilai investasi sekitar US$ 200 miliar.

Sebagai catatan, ada sekitar 2.000 GW PLTU yang beroperasi di seluruh dunia. Dari jumlah ini, ada sekitar 1.100 GW yang beroperasi di Cina dan 42 GW di Jerman.

Berita terkait

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

2 jam lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Kewarganegaraan Ganda Arcandra Tahar Pernah Jadi Persoalan, Jokowi Tunjuk sebagai Wakil Menteri ESDM

6 jam lalu

Kewarganegaraan Ganda Arcandra Tahar Pernah Jadi Persoalan, Jokowi Tunjuk sebagai Wakil Menteri ESDM

Eks Menteri ESDM, Arcandra Tahar tersangkut soal kewarganegaraan ganda hingga dicopot dari jabatan. Kkemudian diangkat Jokowi lagi jadi wakil menteri.

Baca Selengkapnya

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

1 hari lalu

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

Analis teknologi memperkirakan Xiaomi 15 bakal menyerupai generasi sebelumnya ihwal jadwal rilis dan tenggat distribusi.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Siapkan Paket Pensiun Dini PLTU untuk Jadi Percontohan Transisi Energi

1 hari lalu

Sri Mulyani Siapkan Paket Pensiun Dini PLTU untuk Jadi Percontohan Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Indonesia sedang memfinalisasi paket pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap batu bara atau PLTU

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

1 hari lalu

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

Faisal Basri menyebut industrialisasi nikel lebih memberikan keuntungan kepada investor asing tanpa memerhatikan kerugian bagi Indonesia

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Kritik Pameran Kendaraan Listrik, Sebut Ada Kepentingan Bisnis Elit

1 hari lalu

Faisal Basri Kritik Pameran Kendaraan Listrik, Sebut Ada Kepentingan Bisnis Elit

Faisal Basri mengkritisi promosi kendaraan listrik yang selama ini tak mengungkap adanya dampak negatif lantaran masih mengandalkan batu bara

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

1 hari lalu

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

Terpopuler: Perjalanan bisnis sepatu Bata yang sempat berjaya hingga akhirnya tutup, kawasan IKN kebanjiran.

Baca Selengkapnya

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

1 hari lalu

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

Jonatan Christie menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang memetik poin saat kalah lawan Cina 1-3 di final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Fikri / Bagas Kalah, Indonesia Gagal Juara

1 hari lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Fikri / Bagas Kalah, Indonesia Gagal Juara

Indonesia harus mengakui keunggulan Cina dengan agregat skor 1-3 dalam partai final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

1 hari lalu

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

Energi kotor biasanya dihasilkan dari pengeboran, penambangan, dan pembakaran bahan bakar fosil seeperti batu bara.

Baca Selengkapnya