Banyak Anak Cucu BUMN Tak Sehat, Erick Thohir: Nyedot Terus Seperti Benalu
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 2 Desember 2021 12:49 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir menyoroti banyaknya anak-cucu perusahaan pelat merah yang tata kelolanya tidak sehat. Bukan menguntungkan, keberadaan BUMN-BUMN kecil tersebut justru dianggap mengganggu kinerja bisnis perusahaan induknya.
“Kita lihat masih banyak anak cucu BUMN yang nilainya kecil-kecil, yang mohon maaf dikelola tidak maksimal, jadi dengan holding ibarat anak-anak cucu ini ini nyedot terus,” ujar Erick dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, 2 Desember 2021.
Erick pun meminta restu DPR untuk melepas BUMN-BUMN kecil tersebut, terutama yang tidak sejalan dengan lini bisnis utama perusahaan induknya. Misalnya, anak usaha yang bergerak di sektor suplai air, suplai aspal, hingga suplai binatu.
Kementerian, kata Erick, akan menawarkan BUMN-BUMN kecil ini ke pengusaha swasta melalui tender terbuka. Ia meyakini alih kelola anak-cucu perusahaan pelat merah akan memberikan dampak bagi perekonomian.
Seperti, tutur Erick, menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong tumbuhnya pengusaha-pengusaha daerah. “Kalau berkenan kita kawal bersama, dan kita buka mana yang tidak sesuai line of business-nya,” kata Erick.
<!--more-->
Erick melanjutkan, Kementerian BUMN selama ini telah berupaya melakukan perbaikan tata-kelola terhadap induk-induk BUMN melalui efisiensi guna menyehatkan perusahaan. Salah satu caranya melalui skema holding.
Dia tidak mau holding yang sudah terbentuk kembali digerogoti oleh anak-cucu usahanya. “Holding sudah sangat rapi, seperti holding semen, holding perkebunan, pertambangan, migas, semua sudah rapi,” tutur Erick.
Sampai 2021, Kementerian BUMN berhasil mengkonsolidasikan 108 perusahaan pelat merah menjadi tinggal 41 entitas. Erick mengatakan Kementerian akan berfokus terhadap BUMN besar. BUMN digadang-gadang bakal mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah berbagai tantangan global.
“Kita sekarang menghadapi tiga ancaman, yaitu globalisasi pasar, disrupsi digitalisasi yang sangat berat, dan bahan baku yang masih impor. Jadi daripada tidak fokus, lebih baik kita fokuskan ke main business,” kata Erick Thohir.
Baca: 2022, Tarif Listrik untuk 13 Golongan Pelanggan PLN Non-Subsidi Akan Disesuaikan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.