Erick Thohir Sebut Hanya 10 Persen BUMN Tumbuh Positif Saat Pandemi, Apa Saja?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 1 Desember 2021 08:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir menyebutkan mayoritas atau 90 persen perusahaan pelat merah terdampak negatif akibat pandemi Covid-19. Sisanya ada 10 persen BUMN yang tak terdampak dan mencatatkan pertumbuhan positif.
"Secara umum, 90 persen tercatat kena pandemi dan 10 persen positif, dengan sektor telekomunikasi, kesehatan, dan industri sumber daya alam yang masih mencatatkan kinerja positif," kata Erick Thohir dalam pidato yang dibacakan oleh Sekretaris Kementerian BUMN Susyanto, Selasa, 30 November 2021.
Meski terimbas pandemi, BUMN masih menghasilkan pertumbuhan kinerja keuangan secara konsolidasian sepanjang 2020. Perusahaan-perusahaan itu bisa menyumbang ke negara hingga Rp 377 triliun dari pajak, dividen, dan penerimaan negara bukan pajak atau PNBP.
"Pertumbuhan dan kontribusi positif tersebut, menunjukkan BUMN dapat bertahan dan berkembang di tengah badai krisis pandemi," katanya.
Kementerian BUMN mengungkapkan hingga 2024 proyeksi dividen BUMN yang disetorkan ke negara hanya dari 11 BUMN dari total 41 BUMN hasil klasterisasi.
Sebelumnya, Erick Thohir menyebutkan keinginannya menggenjot kinerja BUMN supaya lebih dapat bersaing. "Pada 2023 — 2024 dividen berdasarkan 11 perusahaan saja, total BUMN ada 41," tuturnya beberapa waktu lalu. "Yang 30 tidak dipaksakan dividen kalau pemberian pelayanan sangat besar, contoh Kereta Api Indonesia, sulit berikan dividen saat ini, tidak dipaksakan BUMN yang dekat dengan public service memberi dividen."
<!--more-->
Adapun BUMN yang bersifat korporasi sangat diharapkan adanya peningkatan dividen. Erick pun meminta waktu agar pemberian dividen kepada negara dapat kembali pulih seperti masa sebelum Covid-19.
Pada skenario awal sebelum Covid-19, target dividen awalnya dipatok di angka Rp 43 triliun pada 2020. Belakangan, 90 persen BUMN terimbas Covid-19, sehingga hanya 10 persen yang dapat menghasilkan.
Oleh karena itu ada penyesuaian dividen yang disetor pada tahun 2020 menjadi Rp 26 triliun. Sedangkan pada tahun ini, awalnya Kementerian BUMN mengusulkan dividen yang diseotr sebesar Rp 33 triliun dan komisi VI DPR meminta angka itu dinaikkan jadi Rp 36,4 triliun. "Ini kami coba lakukan," kata Erick.
Adapun untuk tahun depan, Erick menargetkan besar dividen bisa disetor kembali seperti masa sebelum Covid-19 atau di atas Rp 40 triliun mendekati target awal 2020 sebesar Rp 43 triliun. "Memang targetnya di atas Rp 40 triliun. Nah, cuma kembali, kami minta diberikan waktu untuk penyesuaian," katanya.
Erick Thohir juga telah mengumpulkan 108 direksi BUMN dan memberikan arahan langsung terkait kepastian dividen dari masing-masing BUMN dan kebutuhan PMN yang harus dapat dibuat jangka panjang sehingga tidak ada permintaan mendadak setiap tahunnya.
BISNIS
Baca: Harga Minyak Jeblok ke USD 66,18, Akibat Kekhawatiran Bos Moderna soal Omicron
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.