Garuda Kurangi Rute Penerbangan, AP I Cerita Dampaknya ke Bandara
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Minggu, 21 November 2021 18:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Maskapai penerbangan Garuda Indonesia telah mengurangi rute penerbangannya ke berbagai destinasi sebagai salah satu langkah untuk merestrukturisasi perusahaan. PT Angkasa Pura I (Persero) mengakui pengurangan rute itu menyebabkan pergerakan penumpang di 15 bandara yang dikelola perseroan menyusut.
“Tentu saja ada pengaruhnya. Namun ini kami manage dengan baik,” ujar Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi saat ditemui di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, Rabu, 17 November 2021.
Baca juga: Garuda Akan Mengkonversi Pinjaman Surat Utang Tanpa Bunga
Faik menuturkan perusahaannya selaku operator bandara telah mendorong maskapai untuk mengoptimalkan penerbangan di rute-rute favorit, seperti Bali. Langkah ini dapat membantu meningkatkan pergerakan penumpang.
Adapun Angkasa Pura I memprediksi jumlah penumpang pada akhir 2021 lebih rendah ketimbang 2020. Sampai pengujung Desember mendatang, jumlah penumpang di 15 bandara yang dikelola perseroan diperkirakan hanya mencapai 26 juta orang.
Baca juga: Menelisik Krisis Keuangan Maskapai Garuda
Sementara pada 2020, jumlah penumpang di seluruh bandara Angkasa Pura I masih sebanyak 32 juta orang. Faik berujar, penurunan jumlah penumpang ini seiring dengan pengetatan perjalanan masyarakat serta pengurangan frekuensi maskapai. Kondisi tersebut berimbas secara langsung terhadap pada pendapatan perusahaan.
“Kalau bicara sesuai RKAP (rencana kerja dan anggaran perusahaan). RKAP kan disesuaikan dengan pandemi. Ekspektasinya sesuai. Tapi kalau secara bisnis, pandemi yang masih dirasakan masih belum memenuhi harapan,” tutur Faik.
Garuda sebelumnya berencana memangkas 97 rute dari total 237 rute menjadi 140 rute. Manajemen telah memetakan rute-rute yang tidak potensial dan merugikan perusahaan, seperti tujuan Tarakan.
<!--more-->
“Selama ini kami terdesak (membuka rute) yang enggak bikin untung. Ada banyak tekanan pembukaan rute. Jadi mohon dukungan apabila kami bilang enggak (akan membuka rute). Mohon maaf, banyak maaf,” ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra di DPR, 9 November lalu.
Irfan menjelaskan perusahaan menanggung kerugian akibat beroperasinya sejumlah maskapai di rute-rute yang tidak mendorong pendapatan.
Pendapatan yang diperoleh maskapai dari rute-rute tertentu ini tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan. Selain itu, maskapai harus menjalankan pesawat yang jenisnya tidak sesuai dengan karakteristik perusahaan sehingga semakin membebani ongkos produksi.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
BACA: Bos Angkasa Pura I Blak-blakan Soal Penyelesaian Utang Garuda Senilai Rp 290 Miliar