OPEC+ Kurangi Pasokan, Harga Minyak Mentah Melonjak jadi USD 82,74 per Barel

Sabtu, 6 November 2021 10:01 WIB

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Shannon Stapleton

TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Januari 2022 melonjak 2,7 persen atau sebesar US$ 2,2 menjadi US$ 82,74 per barel di London ICE Futures Exchange.

Kenaikan harga juga dialami oleh minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember. Harga emas hitam itu naik US$ 2,46 atau 3,1 persen, menjadi berakhir di US$ 81,27 per barel di New York Mercantile Exchange.

Kenaikan harga minyak pada akhir perdagangan Jumat waktu New York atau Sabtu WIB, 6 November 2021, tersebut terimbas oleh kekhawatiran pasar akibat makin ketatnya pasokan.

Sebelumnya, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) tetap menolak seruan AS untuk mempercepat peningkatan produksi, bahkan ketika permintaan mendekati tingkat prapandemi.

Negara OPEC+ dan sekutunya termasuk Rusia pada Kamis lalu, 4 November 2021 sepakat meningkatkan produksi minyak sebesar 400.000 barel per hari mulai Desember. Sementara Presiden AS Joe Biden telah menyerukan produksi ekstra untuk menurunkan kenaikan harga minyak.

Advertising
Advertising

Tapi keputusan OPEC + untuk tetap berada di jalur dan kurangnya respons substansial dari pemerintah Biden membuat reli minyak terus berlanjut. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Energi Berjangka Mizuho, Bob Yawger.

Yawger menjelaskan, hanya upaya terkoordinasi dengan Cina dan sejumlah negara lainnya dapat mengatasi kekurangan barel di pasar. Gedung Putih mengatakan akan mempertimbangkan semua alat yang ada untuk menjamin energi yang terjangkau, termasuk kemungkinan melepaskan minyak dari cadangan minyak strategis (SPR).

Sentimen juga diperoleh dari data pekerjaan AS yang naik dari perkiraan pada Oktober. "Pasar tahu bahwa pelepasan cadangan strategis hanya dapat memiliki efek bearish sementara pada harga dan bukan solusi jangka panjang untuk ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan," kata Kepala Pasar Minyak Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen.

Khusus untuk harga minyak Brent terpantau turun untuk minggu kedua berturut-turut, tergelincir sekitar 2 persen, sementara WTI turun 2,7 persen. Wakil Presiden Riset Minyak di konsultan Wood Mackenzie, Ann-Louise Hittle, menyebutkan, faktor-faktor seperti musim dingin dapat mendorong penggunaan lebih banyak minyak untuk pemanas.

ANTARA

Baca: Pertamina Kilang Internasional Buka 32 Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Simak Syaratnya - Bisnis Tempo.co

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

1 jam lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

15 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

20 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

21 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

21 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

1 hari lalu

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

Cadangan minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan sebesar 7,3 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 April 2024.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya