Harga PCR Turun, CIPS Ingatkan Risiko Pasar Gelap bila Pemasok Mundur
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 30 Oktober 2021 07:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Andree Surianta ikut menanggapi soal penurunan harga tes PCR yang diputuskan pemerintah baru-baru ini. Ia menilai penurunan harga tes Covid-19 tersebut harus diikuti ketersediaan pasokan seiring dengan kenaikan kebutuhan.
Ia mengusulkan agar jumlah importir untuk komponen produk tes PCR tersebut diperbanyak. “Kebijakan mematok harga hanya akan efektif kalau pasokan berlimpah dan semua komponen biaya diketahui oleh pemerintah," ujar Andree, Jumat, 29 Oktober 2021.
Andree berpendapat, terlalu tingginya harga PCR selama ini dapat membatasi jumlah konsumen. "Tetapi kalau harga terlalu rendah, supplier bisa mundur sehingga terjadi kelangkaan atau bahkan terbentuknya pasar gelap,” ucapnya.
Dengan kondisi Indonesia yang belum memproduksi PCR secara mandiri dan ketersediaan PCR sepenuhnya berasal dari impor, Andree mengingatkan agar penentuan batas atas harga jangan sampai menjadi bumerang. Pemerintah harus mengkaji tingginya harga PCR sebelumnya terjadi karena jumlah importir terlalu sedikit atau sebaliknya.
Untuk mengurangi dominasi swasta pada impor PCR, menurut Andree, melibatkan BUMN sebagai importir bisa jadi opsi mengendalikan harga. Meski begitu, hal tersebut bukan solusi terbaik karena harga patokan pemerintah tidak menjamin perusahaan pelat merah tidak merugi.