Pemerintah Diminta Bawa Isu Transisi Energi Baru Terbarukan ke COP 26 Glasgow

Jumat, 22 Oktober 2021 05:32 WIB

Fans K-Pop yang tergabung dalam kpop4planet melakukan aksi damai di depan Tokopedia Tower, Jakarta, Jumat 1 Oktober 2021. Dalam aksi itu fans K-Pop menominasikan Tokopedia untuk gunakan 100 persen energi terbarukan pada tahun 2030. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Satya Widya Yuda, mengatakan langkah pemerintah mengejar target transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan (EBT) tidak dapat dilakukan terburu-buru.

Transisi energi ini masih menghadapi berbagai tantangan, baik dari implementasi, regulasi, maupun pembiayaannya.

"Kendala EBT belum terpecahkan secara teknologi. Kalau semua fosil langsung diganti dengan EBT hari ini, it doesn’t works," ujar Satya dalam acara diskusi publik bertajuk 'Bagaimana Persiapan Indonesia untuk COP 26 Glasgow?’ yang digelar bersama Change.org, Kamis, 21 Oktober 2021.

Transisi energi, menurut Satya, harus dilakukan secara bertahap atau gradual dengan sistem yang sudah matang. Langkah-langkah ini yang dinilai penting disampaikan dalam agenda COP 26 yang akan digelar di Glasglow, Inggris, pada 31 Oktober mendatang.

Indonesia sebelumnya telah berkomitmen mengurangi emisi melalui ratifikasi Perjanjian Paris. Indonesia ikut dalam gerakan mencapai nol emisi karbon.

Advertising
Advertising

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Keuangan, Masyita Crystallin, mengatakan pemerintah telah menyiapkan anggaran dan insentif untuk mengurangi emisi. Pemerintah menginginkan ada sebuah transisi energi yang adil dan
terjangkau.

“Pemerintah telah memberikan dukungan melalui APBN untuk mengendalikan perubahan iklim melalui perpajakan, menyiapkan anggaran, transfer ke daerah serta memberikan pembiayaan inovatif untuk pembangunan yang berkelanjutan," ujar Masyita.

Selain insentif, ia mengklaim pemerintah telah menyiapkan instrumen lain, seperti carbon pricing. Indonesia pun menyusun peta jalan menuju nol emisi, yakni Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience atau LTS-LCCR 2050.

Dalam LTS-LCCR 2050 ini, Indonesia berencana menaikkan target pengurangan emisi gas rumah kaca dengan mengurangi deforestasi secara bertahap. Pemerintah menargetkan pengurangan emisi karbon pada 2050 mencapai 540 juta ton CO2 pada 2050 dan pada 2060 mencapai nol emisi.

Baca juga: Empat Kebijakan SKK Migas Tekan Emisi Karbon

Berita terkait

Hutan Mangrove Lebih Efektif Menyerap Emisi Karbon, Ini Penjelasannya

5 hari lalu

Hutan Mangrove Lebih Efektif Menyerap Emisi Karbon, Ini Penjelasannya

Hutan mangrove memiliki segudang manfaat terutama efektif menyerap emisi karbon. Begini penjelasannya .

Baca Selengkapnya

Rekor Suhu Udara Terpanas Berlanjut di April 2024, Ini Datanya

7 hari lalu

Rekor Suhu Udara Terpanas Berlanjut di April 2024, Ini Datanya

Suhu udara di permukaan Bumi sepanjang April 2024 mematahkan rekor sebelumnya yang tercipta pada 2016. Sama-sama diwarnai El Nino kuat.

Baca Selengkapnya

Di Forum PBB, KLHK Menyampaikan Deforestasi Indonesia Turun Signifikan

8 hari lalu

Di Forum PBB, KLHK Menyampaikan Deforestasi Indonesia Turun Signifikan

Dalam forum PBB di New York, KLHK menyampaikan deforestasi netto Indonesia 2021-2022 sebesar 104 ribu ha, turun dari 113,5 ribu ha pada 2020-2021.

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

10 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

11 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

13 hari lalu

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

Koalisi organisasi masyarakat sipil mendesak agar kalangan perbankan berhenti memberikan dukungan pendanaan energi kotor seperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

14 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Modus Penyelewengan Dana BOS

15 hari lalu

Modus Penyelewengan Dana BOS

Penyelewengan dana bantuan operasional sekolah atau dana BOS diduga masih terus terjadi di banyak satuan pendidikan secara nasional.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

16 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

16 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya