Jokowi Buka Peluang APBN Danai Proyek Kereta Cepat, Indef: Preseden Buruk

Minggu, 10 Oktober 2021 04:20 WIB

Ilustrasi kereta cepat. dok.PT INKA

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, melihat perubahan kebijakan pendanaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan menimbulkan preseden buruk di masa mendatang. Pernyataan tersebut menanggapi perubahan kebijakan Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang membuka peluang bagi APBN untuk mendanai proyek jumbo itu.

“Di awal pemerintah sesumbar tidak akan menggunakan dana APBN. Ketika perubahan ini terjadi, ke depan ketika ada rencana proyek lainnya, probabilitas (penyelesaiannya) menurun,” ujar Abra saat dihubungi pada Sabtu, 9 Oktober 2021.

Jokowi telah meneken Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 93 Tahun 2021 yang mengatur pelaksanaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Perpres ini menggantikan Perpres 107 Tahun 2015.

Dalam perpres lama, pendanaan proyek kereta cepat tidak menggunakan dana APBN. Namun di aturan baru, pemerintah mengizinkan APBN mendanai kereta cepat dengan memperhatikan kesinambungan fiskal.

Abra menjelaskan perubahan keputusan pendanaan tersebut menjadi bukti ketidak-konsistenan pemerintah. Kebijakan itu juga akan berdampak terhadap tata-kelola proyek yang dikerjakan oleh badan usaha milik negara (BUMN) pada masa mendatang.

Advertising
Advertising

“Kalau pemerintah ingin proyek baru pakai KPBU (kerja sama pemerintah dan badan usaha), investor akan melihat preseden buruk karena mereka khawatir ke depan akan jadi masalah,” ucap Abra.

Di sisi lain, Abra memandang pendanaan proyek kereta cepat ini akan membebani APBN di tengah tergerusnya kemampuan fiskal karena kebutuhan penanganan Covid-19. Sebelum memutuskan mengucurkan uang negara ke kereta cepat, Abra meminta Badan Pemeriksa Keuangan atau Badan Pengawas Pembangunan dan Keuangan (BPKP) segera melakukan audit investigasi.

Audit investigasi dapat dilakukan untuk mengetahui akar masalah proyek kereta cepat, termasuk pembengkakan nilai investasi proyek sebesar Rp 27,17 triliun menjadi Rp 113,9 triliun. Abra menduga persoalan-persoalan yang dialami konsorsium kereta cepat saat ini tidak muncul dalam feasibility study.

Selanjutnya, dia mengingatkan pemerintah untuk memperhatikan kapasitas APBN. Apalagi, Abra mengungkapkan, 2022 merupakan tahun yang digadang-gadang menjadi momentum pemulihan ekonomi.

“Tahun depan juga menjadi tahun terakhir defisit APBN boleh lebih dari 3 persen. Pada 2023, defisit kita harus di bawah 3 persen. Ini jadi problem di saat pemerintah punya program prioritas lainnya,” tutur Abra.

Tak hanya menyoal postur APBN, ia menyatakan pemerintah harus memperhatikan aspek keadilan dari penggunaan uang negara. Anggaran negara, ujar Abra, semestinya dikucurkan untuk proyek-proyek yang inklusif. Bila APBN dialokasikan untuk pendanaan proyek kereta cepat, proyek infrastruktur lainnya di luar Pulau Jawa ditengarai bakal terganggu. “Apalagi kereta cepat ini sifatnya bukan urgen,” katanya.

Baca Juga: Jokowi Alihkan Tugas Kereta Cepat ke Luhut, Indef: Indikasi Ada Masalah

Berita terkait

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

7 jam lalu

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta petani manfaatkan alokasi pupuk subsidi.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

11 jam lalu

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

Presidential Club berisi para eks presiden Indonesia yang akan saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menjaga silaturahmi dan menjadi teladan.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

14 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

17 jam lalu

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 9 Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

1 hari lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

1 hari lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

1 hari lalu

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

Salah satu poin penting dalam UU Desa tersebut adalah soal masa jabatan kepala desa selama 8 tahun dan dapat dipilih lagi untuk periode kedua,

Baca Selengkapnya

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

1 hari lalu

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

Beleid itu menyatakan uang pensiun sebagai salah satu hak kepala desa. Namun, besaran tunjangan tersebut tidak ditentukan dalam UU Desa.

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Whoosh Buka 48 Perjalanan per Hari, Tarif Mulai 150 Ribu

1 hari lalu

Kereta Cepat Whoosh Buka 48 Perjalanan per Hari, Tarif Mulai 150 Ribu

Beroperasinya 48 perjalanan harian Whoosh didasarkan pada hasil evaluasi periode sebelumnya yang menunjukan kebutuhan penambahan perjalanan reguler.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

1 hari lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya