Saham Emiten Energi Tak Melambung Meski Harga Batu Bara Tembus Rekor, Mengapa?

Jumat, 1 Oktober 2021 14:19 WIB

Pergerakan Index Harga Saham Gabungan pada layar monitor di Jakarta, Jumat, 6 November 2020. Indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Jumat (6/11/2020) di tengah kenaikan bursa global yang menyambut Pilpres AS 2020.. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Saham emiten energi tak lantas melambung kendati harga batu bara menembus rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menduga hal itu karena investor masih khawatir terhadap harga komoditas yang cenderung volatile dan mereka cemas akan munculnya spekulan.

“Harga tidak menggoyang emiten saham batu bara terlalu tinggi karena mereka (investor) tahu spekulasi di batu bara naik-turunnya sangat rawan,” ujar Ibrahim saat dihubungi pada Jumat, 1 Oktober 2021.

Harga komoditas batu bara menembus rekor teratas. Di pasar ICE Newcastle (Australia), harga batu bara mencapai US$ 206,25 per metrik ton atau melonjak 1,63 persen dan menempatkan harga komoditas berada di tataran tertinggi selama satu dekade.

Ibrahim menjelaskan, kenaikan harga komoditas kali ini sudah bisa diprediksi oleh pasar global. Faktor kenaikan harga meliputi adanya insiden banjir di Cina pada Juni hingga Juli lalu yang menyebabkan tambang batu bara banjir sehingga produksi menurun.

Tak lama setelah itu, sejumlah negara empat musim memasuki musim dingin sehingga kebutuhan energi listrik meningkat. Secara otomatis, permintaan batu bara terhadap negara-negara penghasil komoditas, seperti Indonesia, pun ikut terkerek.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Namun, kendati permintaan naik, Ibrahim memperkirakan tak serta-merta jumlah produksi batu bara ikut melonjak. Banyak perusahaan yang justru menahan produksi untuk mencegah krisis harga. “Ada ketakutan bagi emiten yang bergerak di sektor batu bara, kalau mereka ekspor dengan harga tinggi, harga energi ini akan mendekati krisis,” ujar Ibrahim.

Di saat yang sama, Ibrahim mengatakan muncul spekulan-spekulan yang melakukan hedging saham. Hedging saham merupakan aksi yang bertujuan mengurangi risiko terhadap perubahan harga yang dapat membuat investor rugi.

“Dengan begitu, inilah yang ditakutkan oleh emiten batu bara sehingga kenaikan harga saham dari perusahaan yang listing di bursa tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan emiten farmasi dan teknologi,” ujar Ibrahim.

Dalam penutupan perdagangan sesi I pada akhir September 2021, saham-saham pertambangan batu bara dan pendukungnya sempat meningkat. Saham Bayan Rsources atau BYAN, misalnya menguat 15,9 persen.

Kemudian saham Harum Energy atau HRUM naik 15,1 persen dan Bumi Resources atau BUMI naik 10,9 persen. Kenaikan saham-saham tersebut turut mendongkrak indeks sektor energi menjadi indeks sektoral yang menguat paling tinggi di sesi pertama hari itu.

Baca: Krisis Utang Evergrande Memicu Naiknya Credit Default Swap RI, tapi...

Berita terkait

Samuel Sekuritas: IHSG Berhasil Tembus ke Zona Hijau, Saham Lippo Karawaci Melejit

14 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Berhasil Tembus ke Zona Hijau, Saham Lippo Karawaci Melejit

IHSG menutup sesi pertama hari Ini di level 7,150,9 atau +0.22 persen.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Kritik Pameran Kendaraan Listrik, Sebut Ada Kepentingan Bisnis Elit

16 jam lalu

Faisal Basri Kritik Pameran Kendaraan Listrik, Sebut Ada Kepentingan Bisnis Elit

Faisal Basri mengkritisi promosi kendaraan listrik yang selama ini tak mengungkap adanya dampak negatif lantaran masih mengandalkan batu bara

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

20 jam lalu

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

Terpopuler: Perjalanan bisnis sepatu Bata yang sempat berjaya hingga akhirnya tutup, kawasan IKN kebanjiran.

Baca Selengkapnya

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

1 hari lalu

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

Energi kotor biasanya dihasilkan dari pengeboran, penambangan, dan pembakaran bahan bakar fosil seeperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

1 hari lalu

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

Koalisi organisasi masyarakat sipil mendesak agar kalangan perbankan berhenti memberikan dukungan pendanaan energi kotor seperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

1 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

PT Sepatu Bata resmi menutup pabriknya di Purwakarta yang telah dibangun sejak 1994. Pabrik ditutup imbas kerugian dan tantangan industri.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

2 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

3 hari lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

3 Tips agar Rumah Terhidar dari Kebakaran saat Musim Kemarau

4 hari lalu

3 Tips agar Rumah Terhidar dari Kebakaran saat Musim Kemarau

Berikut tiga tips yang dapat membantu mengurangi risiko kebakaran rumah dari dampak musim kemarau.

Baca Selengkapnya

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

4 hari lalu

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi

Baca Selengkapnya