Kebakaran Kilang Balongan, Pertamina Sebut BMKG Ubah Laporan Soal Petir
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Rabu, 29 September 2021 14:51 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (persero) melaporkan hasil investigasi atas insiden kebakaran Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat. Pertamina menyebut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengubah laporan mereka soal petir di hari insiden tersebut.
"Semula dia nyatakan tidak ada (petir), tapi lakukan revisi," kata Direktur Utama Kilang Pertamina International, Djoko Priyono, dalam rapat bersama Komisi Energi DPR pada Rabu, 29 September 2021.
Sebelumnya, kebakaran ini terjadi pada Minggu, 28 Maret 2021. Djoko menyebut BMKG lalu menerbitkan laporan pada 31 Maret 2021, yang kemudian diubah pada 1 April 2021 dalam laporan ME.02.03/379/KLEM/III/2021.
Dalam laporan revisi tersebut, Djoko menyebut bahwa BMKG membenarkan bahwa terdapat awan culumus. Awan itu muncul pada saat kejadian, Minggu malam, 23.OO WIB sampai Senin dini hari, 01.00 WIB. "Serta terjadi sambaran petir dalam radius 17 km dari area Kilang Balongan," kata dia.
Adapun pada 29 Maret 2021, BMKG sebenarnya sudah langsung menerbitkan rilis sehari usai kejadian kebakaran. BMKG telah mencatat hasil pantauan berdasarkan alat monitoring lightining detector yang berlokasi di BMKG Jakarta dan BMKG Bandung dari pukul 00.00 WIB sampai 02.00 WIB.
"Tidak terdeteksi adanya aktivitas sambaran petir di wilayah Kilang minyak Balongan Indramayu," kata Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, BMKG, Rahmat Triyono, dalam di situs resmi BMKG.
<!--more-->
Senada dengan Rahmat, Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu juga melaporkan hal yang sama. Menurut Teguh, lightning detector tidak mencatat adanya sambaran petir di daerah Balongan. “Pada prinsipnya di peralatan kami tidak mencatat adanya sambaran petir di jam 00.45 WIB,” katanya saat dihubungi Senin, 29 Maret 2021.
BMKG juga melihat data di luar waktu itu, yaitu antara rentang pukul 00.00 hingga 05.00 WIB. Berdasarkan hasil monitoring alat kelistrikan udara BMKG, kerapatan petir berkumpul di sebelah barat kilang minyak Balongan. “Jaraknya sejauh 77 kilometer,” kata Rahayu.
Tapi dalam rapat bersama DPR hari ini ini, Pertamina juga menyertakan laporan dari PT Perusahaan Listrik Negara (persero) atau PLN. Menurut Djoko, PLN juga punya alat khusus untuk mendeteksi petir bernama Lightning Detection System (LDS).
Hasil pengukuran LDS, kata Djoko, mencatat terdapat 241 sambaran petir dalam radius 15 km dari area kilang. Ratusan petir itu tercatat muncul pada pukul 23.OO WIB sampai 01.00 WIB.
Terakhir, Pertamina juga menyertakan temuan dari PT LAPI ITB yang menyebut sambaran petir travelling menyebakan terjadinya kebocoran di kilang. Sambaran petir ini kemduian yang ikut memicu terjadinya kebakaran.
Dengan sederet temuan dan laporan tersebut, Pertamina pun menyimpulkan penyebab sambaran petir atau induksi pada tangki G dan menyebabkan terjadinya kebakaran.
"Berdampak terjadinya segitiga api (udara oksigen, vapor hydrocarbon, serta sambaran petir)," kata Djoko.
BACA: Dirut Pertamina: Hasil Investigasi Kebakaran Kilang Balongan jadi Standar