Presiden Joko Widodo (kedua kanan) menyimak penjelasan dari Dirut PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim (kanan) saat meninjau pabrik Hot Strip Mill 2 Krakatau Steel di Kota Cilegon, Banten, Selasa, 21 September 2021. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi hot rolled coil (HRC) sebesar 1,5 juta ton per tahun dan merupakan pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan HRC kualitas premium. ANTARA FOTO/Biro Pers Media Setpres/Agus Suparto/Handout
TEMPO.CO, Jakarta - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk bersama Pohang Iron and Steel Company (Posco) Korea Selatan akan merealisasikan investasi baru senilai US$ 3,7 miliar atau Rp 53 triliun (kurs Rp 14.500) pada tahun depan. Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan investasi ini untuk mengejar target produksi klaster baja.
"Klaster baja hingga 10 juta ton (per tahun) akan terealisasi pada 2022," ujar Silmy dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa, 21 September 2021.
Investasi itu terdiri atas peningkatan kapasitas produksi turunan hot rolled coin (HRC) senilai US$ 700 juta atau setara Rp 10 triliun. Sisanya, investasi sebesar US$ 3 miliar atau Rp 43 triliun akan digunakan untuk menambah fasilitas produksi baja di sisi hulu.
Silmy menerangkan, dalam kurun 5 tahun dari 2014, konsumsi baja per kapita di Indonesia terus tumbuh. Konsumsi baja per kapita naik dari 50 kilogram per tahun menjadi 71 kilogram per tahun. Pertumbuhan konsumsi baja ini setara dengan 40 persen.
Sebagai salah satu langkah meningkatkan kapasitas produksi, Krakatau Steel baru saja menyelesaikan pembangunan pabrik Hot Strip Mill 2 (HSM 2). Pabrik ini merupakan pusat pengerolan baja lembaran panas.
Berlokasi di Cilegon, pabrik dibangun dengan nilai investasi US$ 521 juta atau Rp 7,5 triliun. Pabrik HSM 2 Krakatau Steel mulai beroperasi pada 2021 dan memiliki kapasitas produksi HRC 1,5 juta ton.