Mendag: Defisit Perdagangan RI-Cina Turun Dratis, Surplus dengan AS Terus Naik
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Kodrat Setiawan
Jumat, 17 September 2021 20:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mencatat defisit neraca perdagangan Indonesia-Cina hingga Agustus 2021 mencapai US$ 3,96 miliar. Mendag pun menyebut angka ini telah menurun drastis dibanding 2019.
Dari catatan Kementerian Perdagangan, defisit perdagangan kedua negara pada 2019 mencapai US$ 16,9 miliar. Jika penurunan ini konsisten sampai akhir tahun, Lutfi berharap angkanya bisa lebih rendah dari defisit pada 2020 yaitu US$ 7,8 miliar.
"Sehingga merupakan defisit terendah kita sepanjang sejarah sejak kita menandatangani kesepakatan ASEAN-China Free Trade Agreement," kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 16 September 2021.
ASEAN-China Free Trade Agreement merupakan kerja sama dagang yang telah disepakati sejak 2004. Salah satu kesepakatannya yaitu menghapus 90 persen tarif komoditas mulai 2010.
Di sisi lain, Cina adalah mitra dagang terbesar dari Indonesia. Total perdagangan kedua negara hingga Agustus 2021 mencapai US$ 66,1 miliar, paling besar dibandingkan negara lainnya.
Di bawah Cina, ada Amerika Serikat yang jadi mitra dagang terbesar kedua Indonesia. Total perdagangan kedua negara hingga Agustus 2021 mencapai US$ 22,87 miliar.
Berbanding terbalik dengan Cina, perdagangan Indonesia-Amerika sudah surplus dalam beberapa tahun terakhir. Dari US$ 8,5 miliar pada 2019, tumbuh menjadi US$ 10 miliar pada 2020.
<!--more-->
Sementara hingga Agustus 2021, Lutfi menyebut sudah surplus US$ 8,74 miliar. "Ini pertumbuhannya sangat sehat," kata dia.
Kalau tren pertumbuhan ini konsisten sampai akhir tahun, Lutfi yakin angkanya surplus dagang dengan Amerika bisa meningkat 30 persen tahun ini. Sehingga, tembus menjadi US$ 13 miliar.
Terakhir, Lutfi juga menyoroti perdagangan dengan tiga negara mitra dagang utama di Eropa. Ketiganya mencatat surplus hingga Agustus, yaitu Belanda US$ 2,4 miliar, Spanyol US$ 1,12 miliar, dan Italia US$ 510 juta.
Lalu untuk Uni Eropa secara keseluruhan, Lutfi menyebut per Agustus ini sudah surplus mendekati US$ 3,8 miliar. Dengan masih ada sisa beberapa bulan jelang akhir tahun, posisi ini hampir mendekati capaian di 2020 yaitu US$ 4,5 miliar.
"Artinya kami on the target mencapai pertumbuhan 15 persen untuk ekspor non-migas ke Uni Eropa," kata Mendag.
Baca juga: Menteri Perdagangan: Pasar Rakyat Belum Siap Pakai PeduliLindungi