Bahlil Klaim Alasan RI Diminati Investor Korsel: Tak Ada Lagi Tukang Palak
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Kodrat Setiawan
Jumat, 17 September 2021 16:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengklaim Korea Selatan minat berinvestasi di Indonesia untuk proyek baterai kendaraan listrik karena berbagai faktor. Satu di antaranya regulasi investasi di dalam negeri semakin mudah dan minim pungutan liar.
“Kami berikan ruang yang baik (bagi investor). Izin-izin semuanya kita bantu urus. Sekarang tidak ada lagi tukang palak. Yang main-main di tikungan sudah kami libatkan BPKP,” ujar Bahlil dalam konferensi pers virtual, Jumat, 17 April 2021.
Dua perusahaan besar asal Korea Selatan, LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group, baru saja merealisasikan investasi untuk proyek pabrik baterai listrik di Karawang. Pabrik akan dibangun mulai September 2021 dengan nilai investasi US$ 1,1 miliar dan kapasitas 10 gigawatt hour (GWH).
Bahlil mengatakan selain kemudahan investasi, Korea Selatan berminat menanam modal ke dalam negeri karena pasar mobil di Indonesia termasuk yang terbesar di Asia. Indonesia merupakan pangsa bagi 48 persen industri otomotif.
Kemudian, Indonesia memiliki cadangan terbesar untuk bahan baku pembuat baterai mobil listrik, yakni nikel. Kandungan tersebut tak dimiliki negara lain. Dengan demikian bila pabrik baterai listrik di bangun di Indonesia, produksinya akan lebih efisien.
Tak hanya itu, Bahlil melanjutkan, Indonesia memberikan pelbagai insentif bagi investor yang berniat menanamkan modalnya. “Maka pasti seluruh investor pingin masuk ke Indonesia khususnya untuk baterai mobil. Apalagi Eropa pada 2030 sudah memperkirakan 30 persen mobil mereka berbasis kendaraan listrik,” kata Bahlil.
<!--more-->
LG Energy Solution bersama Hyundai Motor Group membentuk joint venture atau perusahaan patungan untuk membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik. Indonesia meneken MoU kerja sama sejak 2019 bersama Hyundai dan pada 2020 bersama LG.
Dalam pelaksanaannya, konsorsium LG dan Hyundai bermitra dengan konsorsium BUMN melalui PT Industri Baterai Indonesia (Indonesia Battery Corporation/IBC). Konsorsium IBC itu beranggotakan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Pertamina, PT Perusahaan Listrik Negara. IBC juga rencananya bakal bermitra dengan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd.
Pada 15 September 2021, pembangunan pabrik baterai mobil listrik tahap pertama dimulai, yang ditandai dengan peletakan batu pertama atau groundbreaking. Pabrik baterai yang berlokasi di Karawang dibangun dengan nilai investasi US$ 1,1 miliar dari proyeksi total investasi kendaraan listrik senilai US$ 9,8 miliar atau setara dengan Rp 142 triliun.
Bahlil mengatakan tak hanya Korea Selatan yang berminat masuk ke ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Beberapa negara tengah menjajaki negosiasi dengan Indonesia, seperti Eropa, Cina, dan satu negara asal Asia Tenggara.
“Ada 6-7 negara masuk ke Indonesia dan Indonesia akan jadi negara pusat produsen baterai kendaraan listrik,” kata Bahlil.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca juga: Bahlil Cerita Sulitnya Negosiasi dengan LG, Buat Draf MoU hingga 21 Kali