Bank Digital Kian Marak, Pendanaan ke Fintech Diprediksi Makin Besar

Senin, 13 September 2021 09:50 WIB

Ilustrasi fintech. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Makin maraknnya bank digital bakal diyakini bakal mendorong kontribusi pendanaan ke fintech. Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah memprediksi dengan hadirnya bank digital, perbankan semakin aktif berkolaborasi dengan fintech.

"Karena buat mereka kerja sama dengan fintech itu lebih mudah. Bank digital ini DNA-nya kolaborasi dengan sesama platform digital," ujar Kuseryansyah, Ahad, 12 September 2021. "Jadi mudah sekali terhubung atau terintegrasi bank digital dengan fintech."

Ia menyebutkan, survei internal yang dilakukan pada tahun 2020 menunjukkan bahwa kontribusi pendanaan yang bersumber dari perbankan mencapai 28 persen.

Selain itu, kata Kuseryansyah, meningkatnya pendanaan dari perbankan juga akan didorong oleh semakin banyaknya fintech yang sudah berstatus berizin. Saat ini, fintech yang berstatus berizin sudah lebih banyak dibandingkan yang masih berstatus terdaftar.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga 25 Agustus 2021 menunjukkan total jumlah penyelenggara fintech peer-to-peer lending atau fintech lending yang terdaftar dan berizin di OJK adalah sebanyak 116 penyelenggara. Dari jumlah tersebut, sebanyak 77 penyelenggara fintech lending statusnya telah berizin.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Ia memperkirakan selambatnya bulan depan semua fintech yang terdaftar akan meningkatkan statusnya menjadi berizin. "Tentu dengan berizinnya fintech ini menambah confident level bank untuk kerja sama. Jadi tidak ada alasan karena di peraturan perbankan dipersyaratkan untuk kerja sama dengan fintech berizin," tuturnya.

Meningkatnya kerja sama pendanaan dari perbankan ini dinilai bakal memberikan dampak positif bagi fintech lending. Salah satunya adalah fintech akan menjadi lebih stabil dan meningkat kredibilitasnya dengan memiliki kerja sama dengan institusional lender, seperti perbankan.

Sementara itu, cost-of-fund dari perbankan yang lebih murah tentunya akan dirasakan manfaatnya oleh peminjam (borrower). Layanan fintech juga akan semakin kompetitif ke depan dan makin banyak dimanfaatkan oleh sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Kian gencarnya kolaborasi fintech dengan perbankan, menurut dia, juga telah menepis anggapan bahwa fintech akan mendisrupsi perbankan. Semakin kuatnya kolaborasi ini akan menambah kekuatan fintech melayani segmen masyarakat unbankable atau yang tidak bisa mengakses layanan sektor keuangan formal.

Nyatanya, kata Kuseryanshay, sekarang yang terjadi kolaborasi antara fintech dengan perbankan yang semakin kuat ke depan karena kredit gap di Indonesia sangat tinggi. "Ada Rp 1.650 triliun yang belum diisi oleh semua lembaga keuangan dan fintech memang hadir untuk memfasilitasi segmen unbankable," katanya.

BISNIS

Baca: Kemenkeu Blak-blakan soal Penyewaan Aset untuk Biayai Pemindahan Ibu Kota

Berita terkait

BTN Persilakan Nasabah Tempuh Jalur Hukum atas Kasus Penipuan oleh Mantan Pegawai

17 jam lalu

BTN Persilakan Nasabah Tempuh Jalur Hukum atas Kasus Penipuan oleh Mantan Pegawai

BTN berkomitmen menindak tegas setiap pelanggaran hukum dan tidak akan melindungipegawai yang melakukan penipuan dan penggelapan dana

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

21 jam lalu

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

Tren harga beberapa saham besar menurun, investasi di reksa dana saham pun terdampak.

Baca Selengkapnya

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

4 hari lalu

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

Kantor BPRS Saka Dana Mulia ditutup untuk umum dan PT BPRS Saka Dana Mulia menghentikan seluruh kegiatan usahanya.

Baca Selengkapnya

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

4 hari lalu

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

Sebanyak 1.213 BPR dan BPRS telah memenuhi ketentuan modal inti sebesar Rp 6 miliar. Masih ada lima persen yang belum.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

5 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

6 hari lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

6 hari lalu

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN patuh dan taat hukum yang berlaku di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

7 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

7 hari lalu

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

Satgas Pasti khawatir layanan pinjaman dana online atau pinjol baik yang resmi ataupun ilegal berkembang dan digemari masyarakat. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

7 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya