Asosiasi Emiten Berharap BEI Perluas Cakupan Stimulus Tahun Depan

Reporter

Bisnis.com

Sabtu, 28 Agustus 2021 07:10 WIB

Karyawan melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, 4 Januari 2021. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) berharap Bursa Efek Indonesia (BEI) memperluas cakupan stimulusnya jika pada tahun mendatang tetap dilanjutkan. Sebab, pandemi Covid-19 diperkirakan masih berlanjut pada 2022.

Direktur Eksekutif AEI Samsul Hidayat mengungkapkan hal tersebut seiring dengan keputusan BEI untuk memotong biaya pembayaran pencatatan awal saham dan saham tambahan mulai 30 Agustus 2021 hingga 31 Desember 2021.

“Ada baiknya kepedulian ini diperluas dan diperlebar misalnya tidak hanya untuk calon emiten dan calon perusahaan yang akan melakukan right issue tapi juga diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang saat ini sudah tercatat. Ini harapannya,” ujar Samsul saat dihubungi Bisnis, Jumat, 27 Agustus 2021.

Samsul menyampaikan, jika stimulus yang akan diberikan BEI pada tahun ini tidak berdampak signifikan untuk operasional bursa, dia berharap program tersebut bisa dilanjutkan untuk tahun berikutnya. BEI juga diharapkan bisa memperluas stimulus untuk perusahaan-perusahaan tercatat.

Menurutnya, stimulus tersebut akan sangat membantu emiten, terutama untuk emiten yang terdampak selama pandemi. Hal itu bisa dilihat dari performa perseroan yang tampak jauh menurun antara sebelum dan setelah pandemi masuk di Indonesia.

Dia mencontohkan, emiten transportasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) yang selama pandemi sangat terdampak karena pembatasan yang dilakukan pemerintah, begitu halnya dengan perseroan yang berbisnis di lini pariwisata maupun perhotelan.

Stimulus yang bisa diberikan oleh bursa, menurutnya, bisa dengan pemangkasan biaya pencatatan tahunan perseroan yang walau dari tahun ke tahun memang berkurang.
<!--more-->
“Saya kira sih tidak salah kalau bursa dalam hal ini memberikan semacam keringanan bagi perusahaan-perusahaan,” ungkap Samsul.

Dia pun mengatakan bahwa sebelumnya BEI sudah melakukan beberapa pengurangan untuk emiten di antaranya adalah BEI tidak lagi mewajibkan perseroan untuk melakukan publikasi melalui media cetak, sehingga mengurangi biaya yang harus dikeluarkan perseroan.

Selain itu, selama masa pandemi ini, perseroan tidak lagi perlu menyewa tempat untuk melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), karena kini mayoritas dilakukan secara online.

Sebelumnya, berdasarkan surat Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nomor: S-135/D.04/2021 tanggal 19 Agustus 2021, BEI akan memotong kewajiban pembayaran biaya Pencatatan awal saham dan biaya Pencatatan saham tambahan sebesar 50 persen dari perhitungan biaya.

“Potongan ini berlaku untuk masing-masing biaya bagi Perusahaan Tercatat dan Calon Perusahaan Tercatat,” demikian pernyataan BEI dikutip dari keterangan resminya, Jumat (27/8/2021). Kebijakan tersebut dituangkan dalam Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00069/BEI/08-2021 tanggal 27 Agustus 2021 perihal Kebijakan Khusus atas Biaya Pencatatan Awal Saham dan Biaya Pencatatan Saham Tambahan.

Baca juga: OJK: Hingga 24 Agustus, Pasar Modal Himpun Dana Rp 136,9 T

Berita terkait

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Prabowo-Gibran Akan Dilantik, Begini Aturan Memasang Foto Presiden dan Wapres

3 hari lalu

Prabowo-Gibran Akan Dilantik, Begini Aturan Memasang Foto Presiden dan Wapres

Foto Prabowo dan Gibran akan segera terpajang di berbagai kantor, lembaga dan instansi

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

3 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

4 hari lalu

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.

Baca Selengkapnya

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

10 hari lalu

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

SimInvest memprediksi dampak konflik timur Tengah tak begitu berpengaruh langsung terhadap bursa saham Indonesia.

Baca Selengkapnya

BEI Targetkan Ada 64 Ribu Investor Baru Pasar Modal di Solo Raya Tahun Ini

17 hari lalu

BEI Targetkan Ada 64 Ribu Investor Baru Pasar Modal di Solo Raya Tahun Ini

BEI menargetkan tahun ini bakal ada sebanyak 64.483 investor baru di pasar modal di Solo Raya.

Baca Selengkapnya

Ihwal Korupsi di Wilayah IUP-nya Terbongkar, Begini Penjelasan Lengkap PT Timah ke BEI

23 hari lalu

Ihwal Korupsi di Wilayah IUP-nya Terbongkar, Begini Penjelasan Lengkap PT Timah ke BEI

PT Timah buka suara usai Kejaksaan Agung menetapkan 16 nama tersangka dalam kasus tindak pidana korupsi tata niaga timah di wilayah IUP-nya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Sederet Kasus yang Menyeret Robert Bonosusatya, Jalur Alternatif Pansela hingga Diskon Garuda

24 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Sederet Kasus yang Menyeret Robert Bonosusatya, Jalur Alternatif Pansela hingga Diskon Garuda

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis sepanjang Rabu, 3 April 2024 dimulai dengan sederet kasus yang menyeret Robert Bonosusatya.

Baca Selengkapnya

Emiten Pupuk SAMF Cetak Laba Bersih Rp 420,07 M, Melejit 21 Persen

26 hari lalu

Emiten Pupuk SAMF Cetak Laba Bersih Rp 420,07 M, Melejit 21 Persen

Emiten pupuk PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk. mencetak laba bersih tahun berjalan senilai Rp 420,07 miliar sepanjang 2023.

Baca Selengkapnya

Restrukturisasi Kredit Covid-19 Resmi Berakhir, BRI Optimistis Tak Berdampak Signifikan pada Kinerja

26 hari lalu

Restrukturisasi Kredit Covid-19 Resmi Berakhir, BRI Optimistis Tak Berdampak Signifikan pada Kinerja

BRI tetap optimistis atas keputusan OJK untuk menghentikan stimulus restrukturisasi kredit terdampak Covid-19.

Baca Selengkapnya