Faisal Basri Sebut Fluktuasi Harga Beras Pengaruhi Jumlah Orang Miskin

Kamis, 26 Agustus 2021 15:24 WIB

Aktivitas bongkar muat beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Jumat, 9 Juli 2021. Pemerintah menjamin ketersediaan stok pangan aman dan harganya terjangkau selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat pada 3-20 Juli 2021. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, mengatakan fluktuasi harga beras akan mempengaruhi jumlah orang miskin di dalam negeri. Saat harga beras melonjak tajam, daya beli masyarakat di level bawah akan tertekan sehingga rentang celah kemiskinan semakin lebar.

“Semakin miskin satu rumah tangga, makin besar porsi berasnya. Sehingga kalau harga beras naik tajam, jumlah orang miskin otomatis melonjak,” ujar Faisal dalam webinar PATAKA, Kamis, 26 Agustus 2021.

Menyitir data Badan Pusat Statistik atau BPS, Faisal menyatakan jumlah orang miskin dan nyaris miskin di Indonesia hampir mencapai sepertiga dari total penduduk Indonesia atau 35,8 persen pada 2020. Sedangkan jumlah penduduk dalam kategori insecure mencapai 52,8 persen atau 143 juta jiwa.

Penduduk insecure adalah warga dengan pengeluaran per kapita sekitar Rp 25 ribu per orang atau Rp 100 ribu per keluarga per hari. Penduduk dengan kategori miskin sampai insecure itu diduga menghabiskan lebih dari separuh pendapatannya untuk mengkonsumsi beras.

Bila dilihat berdasarkan pengeluaran untuk kelompok makanan, pembelian beras di perdesaan menyumbang 21,89 persen terhadap garis kemiskinan. Sedangkan di perkotaan sebesar 16,58 persen.

Advertising
Advertising

“Ini konsekuensi dari porsi beras di garis kemiskinan yang terbesar ini nomor satu. Jadi memang rentan.

<!--more-->

Faisal melanjutkan, saat ini pemerintah memiliki pengaturan harga beras berdasarkan harga dasar atau floor price dan ceiling price atau harga plafon. Floor price merupakan pengaturan agar pendapatan petani tidak anjlok ketika panen raya dan menjaga supaya pendapatan petani stabil.

Sedangkan ceiling price adalah pengaturan harga eceran beras untuk menjaga agar harga kebutuhan pokok masyarakat tidak menggerus daya beli dan inflasi. Menurut Faisal, di negara dengan pendapatan rendah seperti Indonesia, rentang antara floor price dan ceiling price masih cenderung lebar.

Sebaliknya,di negara dengan tingkat kesejahteraan tinggi, gap antar-keduanya semakin rendah. Di Indonesia, kata Faisal, saat ini pemerintah acap mengenakan harga floor price di bawah harga keseimbangan yang imbasnya tidak melindungi petani dengan dalih menjaga konsumen.

Padahal pemerintah sudah memiliki aturan harga eceran tertinggi atau HET untuk menekan fluktuasi harga beras. Dengan kondisi ini, menurut dia, semestinya floor price diatur di atas harga keseimbangan dan ceiling price justru di bawah harga keseimbangan.

“Jadi rakyat bisa beli beras di bawah harga pasar. Baru itu namanya membantu konsumen,” kata Faisal Basri.

Baca: Eko Patrio ke Sri Mulyani: Vaksin Gratis Aja Masih Tipis, Apalagi yang Bayar

Berita terkait

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

32 menit lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

19 jam lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

22 jam lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

6 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

7 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

10 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

10 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

10 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

10 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

11 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya