Melihat Posisi Utang Pemerintah yang Melonjak dalam 5 Tahun

Rabu, 18 Agustus 2021 15:55 WIB

Ilustrasi Hutang. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta – Selama lima tahun sejak 2017 hingga 2021, total outstanding utang pemerintah mengalami lonjakan tajam. Pada 2017, total utang pemerintah ialah Rp 3.994,8 triliun. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat pada posisi Juni 2021 yang mencapai Rp 6.570, 2 triliun.

Posisi utang pemerintah dipaparkan dalam Buku II Nota Keuangan Tahun Anggaran 2022. “Kenaikan outstanding utang tersebut sebagian besar bersumber dari SBN (surat berharga negara), utamanya SBN dalam denominasi rupiah,” penjelasan yang tertera dalam Buku Nota Keuangan seperti dikutip Tempo pada Rabu, 18 Agustus 2021.

Bila ditilik secara rinci, total outstanding utang pemerintah pada 2017 yang sebesar 3.994,8 triliun naik menjadi Rp 4.466,2 triliun pada 2018. Posisi utang pun kembali meningkat pada 2019 menjadi Rp 4.786,6 triliun dan pada 2020 menjadi Rp 6.0746,6 triliun. Sementara itu menurut posisi terakhir per Juni 2021, total outstanding utang pemerintah adalah Rp 6.570,2 triliun.

Dari sumbernya, utang terbesar berasal dari SBN. Pada 2017, jumlah pembiayaan utang dari SBN mencapai Rp 441,8 triliun; kemudian berturut-turut pada 2018 sebesar 358,4 triliun; pada 2019 senilai 446,3 triliun; dan pada 2020 sebesar 1.177,2 triliun. Adapun dari outlook 2021, total pembiayaan utang dari SBN sebanyak 992,8 triliun dan dalam RAPBN 2022 senilai Rp 991,3 triliun.

Sedangkan penarikan pinjaman dalam negeri dalam lima tahun terakhir berturut-turut juga meningkat. Pada 2017, penarikan pinjaman dalam negeri sebesar Rp 1,3 triliun; pada 2018 senilai Rp 2,4 triliun; 2019 sebesar Rp 4,2 triliun; pada 2020 ialah Rp 3,8 triliun; pada 2021 akan mencapai Rp 2,7 triliun; dan pada 2022 diprediksi sebesar Rp 3,6 triliun.

Advertising
Advertising

Adapun untuk utang yang berasal dari penarikan pinjaman luar negeri (bruto); jumlah pembiayaannya pada 2017 mencapai Rp 51,7 triliun. Selanjutnya pada 2018 bertambah Rp 88,6 triliun; pada 2019 sebanyak Rp 74,2 triliun; pada 2020 sebesar Rp 141,1 triliun; pada 2021 diperkirakan mencapai 115,4 triliun; dan pada 2022 diproyeksikan senilai Rp 63,5 triliun.

Jika ditelusuri lebih jauh, outstanding utang pemerintah meningkat pada 2018 karena adanya pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini juga didorong peningkatan penarikan pinjaman tunai sebagai bagian dari fleksibilitas sumber pembiayaan.

Sementara itu pada 2020, peningkatan outstanding pinjaman melonjak lantaran adanya dampak dari penarikan pinjaman tunai untuk penanganan Covid-19. Adapun outstanding utang sebagian besar bersumber dari lembaga multilateral dan bilateral.

Adapun pembiayaan melalui utang dilakukan dalam beberapa mata uang asing, terutama dolar, euro, dan yen. Tujuannya mendukung natural hedging dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengimbangi penerimaan dan belanja negara dalam valuta asing.

Baca Juga: Terkini Bisnis: Harga PCR di Bandara Turun, Rasio Utang terhadap PDB Naik

Berita terkait

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

2 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

4 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

5 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

6 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya