Bos BEI: Bukalapak Jadi Perusahaan yang Tarik Minat Investor Paling Banyak
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 6 Agustus 2021 10:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bukalapak.com Tbk resmi tercatat di Papan Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI). BUKA merupakan perusahaan tercatat ke-28 di BEI pada tahun 2021.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan IPO BUKA menoreh sejarah. Pasalnya, Bukalapak menjadi perusahaan unicorn pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia bahkan di bursa kawasan ASEAN.
"Bukalapak adalah perusahaan tercatat yang menarik minat investor paling banyak. Tercatat sekitar 96 ribu investor berpartisipasi pada public offering perseroan," kata Inarno dalam siaran langsung seremoni IPO Bukalapak, Jumat, 6 Agustus 2021.
Dengan melantainya perseroan di pasar modal, Inarno berharap dapat memberikan inspirasi bagi perusahaan lain, termasuk unicorn, centaur, dan startup teknologi lainnya untuk berkarya dengan menjadikan BEI sebagai house of growth.
"Melantainya perseroan di bursa akan menjadi perjalanan awal yang baik bagi kemajuan perseroan dan akhirnya memajukan pasar modal," kata Inarno.
Ke depannya, ia berharap perseroan dapat merealisasikan rencana ke depan sesuai proceeding yang dihimpun. Selanjutnya, menghasilkan growth yang menarik. Serta, menerapkan prinsip tata kelola dan mengikuti aturan pasar modal yang berlaku.
Setelah resmi melantai, saham BUKA langsung melonjak dan mengalami Auto Reject Atas alias ARA. Dibuka pada harga Rp 850, saham emiten itu langsung naik ke angka 1.060 per saham atau 24,7 persen.
Dinukil dari RTI Business, saham ini tercatat telah diperdagangkan 3.647 kali dengan volume transaksi 511,84 juta saham. Adapun nilai transaksinya mencapai Rp 542,55 miliar.
<!--more-->
Sebelumnya, Perusahaan e-commerce ini melepas 25,76 miliar lembar saham biasa atas nama yang seluruhnya adalah saham baru atau 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Adapun jumlah seluruh nilai IPO saham itu mencapai Rp 21,9 triliun.
Dalam pelaksanaan IPO, Bukalapak menunjuk PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Adapun PT UBS Sekuritas Indonesia dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia telah juga ditunjuk untuk bertindak sebagai penjamin emisi efek.
Laporan keuangan Bukalapak pada akhir Desember 2020 mencatat perusahaan masih mengalami kerugian Rp 1,35 triliun. Kerugian itu berkurang 51,7 persen ketimbang tahun sebelumnya Rp 2,79 triliun.
Kerugian timbul karena masih tingginya beban penjualan dan pemasaran yang mencapai Rp 1,51 triliun dan juga beban umum dan administrasi Rp 1,49 triliun. Sedangkan pendapatan Bukalapak pada akhir tahun lalu mencapai Rp 1,35 triliun, naik 25,56 persen dibandingkan 2019 Rp 1,07 triliun.
Adapun total aset konsolidasian perseroan per akhir Desember 2020 sebesar Rp 2,59 triliun, atau naik 26,29 persen dari tahun sebelumnya Rp 2,05 triliun. Hal ini dipicu lonjakan kas dan setara kas konsolidasian sebesar 67,93 persen atau senilai Rp 600 miliar, serta kenaikan aset pajak tangguhan konsolidasian senilai Rp 477,79 miliar.
BACA: Melantai di BEI, Saham Bukalapak Langsung ARA
CAESAR AKBAR | BISNIS