Rupiah Ditutup Menguat di 14.462 per USD, Faktor Apa Saja Pemicunya?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 30 Juli 2021 16:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berkebalikan dengan indeks harga saham gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah pada perdagangan sore hari ini ditutup menguat. Penguatan rupiah kali ini terutama didorong oleh sentimen dovish bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed).
Pada penutupan perdagangan Jumat, 30 Juli 2021, kurs rupiah di pasar spot ditutup menguat 20 poin atau 0,14 persen ke level Rp 14.462 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS terpantau menguat 0,01 poin atau 0,01 persen ke level 91,874 pada pukul 14.56 WIB.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan, walaupun dolar AS menguat pada hari ini, tetapi masih mendekati level terendahnya di satu bulan terakhir. Pasalnya The Fed mempertahankan sikap dovish-nya dalam keputusan kebijakan terbaru.
"Data ekonomi AS yang mengecewakan juga menahan reli mata uang AS tersebut," ujar Ibrahim, Jumat, 30 Juli 2021.
Pernyataan bos The Fed Jerome Powell yang disampaikan pada hari Rabu lalu, kata Ibrahim, mendorong tren pelemahan greenback. Powell saat itu menegaskan kenaikan suku bunga "masih jauh" dan pasar kerja masih memiliki "beberapa alasan untuk dibantu" sebelum pengurangan aset dapat dimulai.
<!--more-->
Data PDB negara Abang Sam pada kuartal II tahun 2021 juga gagal menguatkan dolar AS. Meskipun PDB AS tumbuh solid 6,5 persen kuartal ke kuartal pada kuartal II tahun ini, namun itu lebih rendah dari perkiraan 8,5 persen, dan kuartal I tahun ini sebesar 6,3 persen.
Adapun faktor internal yang mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini di antaranya berasal dari respons positif dari pasar terhadap sikap Presiden Joko Widodo yang memerintahkan para menteri, gubernur, bupati/walikota untuk bekerja ekstra menekan angka kasus kematian akibat positif virus corona (Covid-19).
"Dalam memperpanjang PPKM Level 4, pemerintah terus melakukan intervensi baik di bidang kesehatan maupun di bidang bantuan sosial," kata Ibrahim. Apalagi Varian Delta bisa menyebar sangat cepat.
Bukan hanya itu, kelompok yang sebelumnya tidak rentan, seperti anak-anak dan dewasa muda menjadi berisiko dengan gejala lebih berat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sudah menyarankan agar pembatasan tetap dilakukan tetap dilakukan.
Dengan sejumlah faktor itu, Ibrahim memperkirakan kurs rupiah di awal pekan depan masih akan berfluktuatif. "Namun ditutup menguat di rentang Rp 14.440 - Rp 14.490 per dolar AS," ucapnya.
BISNIS
Baca: Tanggapi Rencana Tapering Off oleh The Fed, BI Siapkan Langkah Antisipasi