Tanggapi Rencana Tapering Off oleh The Fed, BI Siapkan Langkah Antisipasi
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 29 Juli 2021 19:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti angkat bicara soal bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang belum memastikan waktu pengurangan stimulus moneter atau tapering.
Sebelumnya, dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC), The Fed memutuskan menahan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate di kisaran 0 persen-0,25 persen. Saat itu, pejabat The Fed menyebutkan kini bukan waktu yang tepat melakukan pengetatan kebijakan.
Meski begitu, The Fed memberi sinyal akan kembali melihat perkembangan ekonomi dan meninjau kapan bakal mulai mengurangi stimulus pada FMOC mendatang. Hal ini yang kemudian dinilai Destry sebagai komitmen The Fed memberikan stimulus, termasuk dengan mempertahankan pembelian obligasi sebesar US$ 120 miliar per bulan.
“Artinya, ke depan tren pemulihan ekonomi global mungkin akan terus berlanjut dengan kebijakan moneter dan fiskal yang akomodatif dan vaksinasi yang sudah dalam taraf yang tinggi,” kata Destry dalam Webinar Strategi Perbankan di Momentum Kebangkitan Kredit dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis, 29 Juli 2021.
Lebih jauh, ia memperkirakan perkembangan global yang positif ini tentunya memiliki dampak pada perekonomian domestik, utamanya nilai tukar rupiah. Bank Indonesia juga akan terus menjaga stabilitas nilai tukar.
<!--more-->
“Kita lakukan dual intervention, di mana saat diperlukan kita akan masuk ke pasar, baik pasar spot maupun DNDF (Domestic Non-deliverable Forward) secara terukur," ucap Destry.
Pada Juni 2021, tekanan terhadap nilai tukar rupiah cukup kuat karena dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor ini di antaranya karena ada kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan lebih cepat sehingga penarikan stimulus oleh The Fed juga diperkirakan lebih cepat. “Sehingga ada ekspektasi suku bunga dan yield naik, karena itu mempengaruhi pasar keuangan kita,” kata Destry.
BI sebelumnya memperkirakan perekonomian global akan tumbuh lebih tinggi di tahun ini, sebesar 5,8 persen. Artinya, prediksi tersebut naik dari proyeksi awal sebesar 5,7 persen.
Pemulihan ekonomi global tersebut, menurut Destry, terjadi secara persisten sehingga banyak para analis termasuk beberapa lembaga keuangan internasional merevisi ke atas proyeksi perekonomian global. "Sama halnya di BI, karena kita melihat beberapa indikator menunjukkan pemulihan yang cukup impresif,” ucapnya.
BISNIS
Baca: BI Buka Penerimaan Calon Pegawai Muda, Ini Dokumen yang Harus Disiapkan