Holding Ultra Mikro Bantu Percepat Pemulihan Pelaku Usaha
Rabu, 28 Juli 2021 13:33 WIB
INFO NASIONAL – Holding Ultra Mikro akan segera terbentuk. Dengan ditunjuknya BRI sebagai induk, diharapkan dapat menjangkau segmen usaha ultra mikro lebih luas lagi.
Jumlah segmen usaha mikro dan ultra mikro diperkirakan mencapai 99 persen dari total unit usaha di Indonesia. Terbentuknya holding ultra mikro diproyeksikan akan memacu kinerja UMKM di Tanah Air dalam meningkatkan perekonomian nasional, khususnya dalam mempercepat pemulihan pelaku usaha. Demikian disampaikan Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa dan Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan.
Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan, bahwa tujuan pembentukan holding memiliki kontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan. “Hal ini tentu perlu untuk kita dukung bersama-sama," ujarnya.
Langkah pemerintah melalui Kementerian BUMN itu dinilai akan sangat efektif guna mempercepat pemulihan ekonomi karena terdampak pandemi Covid-19. Perbaikan ekonomi dimungkinkan jikga usaha-usaha masyarakat kecil lebih berdaya.
Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebut segmen UMKM termasuk UMi berkontribusi terhadap 60 persen lebih perekonomian Indonesia. Bahkan 99 persen usaha saat ini masuk dalam kategori UMKM. Dengan porsi yang sangat besar tersebut, 97 persen dari jumlah pekerja di Indonesia bekerja di sektor UMKM.
"LPS berharap pembentukan holding ini benar-benar dapat mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia karena kinerja setiap perusahaan akan semakin optimal," ucap Purbaya.
Sementara itu Trioksa Siahaan berpendapat kinerja positif setiap anggota holding telah terbukti pada masa pandemi Covid-19 ini. "Dengan kemampuan ekspansi dan penjagaan kualitas pembiayaan dari setiap perseroan, holding ini akan menjadi institusi besar yang juga berdaya saing global," kata dia.
Trioksa menyebutkan, integrasi ekosistem ini akan membuat ekspansi usaha semakin kuat, sehingga mendorong lebih banyak investor untuk berkontribusi langsung pada pengembangan ultra mikro secara langsung maupun melalui holding ultra mikro.
Lagi pula, ketiga institusi ini dinilai sudah mampu mencari pendanaan dengan penerbitan surat utang. Bahkan, BRI sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia mampu menerbitkan global bond dan sustainability bond yang investornya berasal dari luar negeri.
Trioksa menambahkan, integrasi ini pun akan meningkatkan daya saing setiap institusi. "Pasalnya, penggunaan teknologi informasi dan penggunaan big data akan semakin intensif membantu baik pelaku ultra mikro maupun holdingnya sendiri," katanya.
Terbentuknya holding ultra mikro semakin dekat setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar BRI pada Kamis, 22 Juli 2021, menyetujui pelaksanaan aksi korporasi rights issue untuk menerbitkan saham baru dalam rangka PMHMETD. Dana hasil dari aksi korporasi tersebut akan dimanfaatkan BRI untuk pembentukan Holding Ultra Mikro yang dilakukan melalui penyertaan saham BRI dalam Pegadaian dan PNM, sebagai hasil dari inbreng Pemerintah. Selebihnya akan digunakan sebagai modal kerja BRI dalam rangka pengembangan ekosistem Ultra Mikro, serta bisnis Mikro dan Kecil.
Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan bahwa pembentukan Holding Ultra Mikro tidak hanya memberikan pertumbuhan yang berkelanjutan bagi BRI, Pegadaian maupun PNM, namun juga bagi pelaku usaha yang termasuk dalam segmen ini.
Dalam sinergi ini, PNM akan berperan di fase Empowerment. Pinjaman kelompok yang disalurkan PNM selain bernilai sebagai pembiayaan, juga berfungsi dalam pemberian asistensi dan peningkatan kapabilitas. Kemudian, di fase Integration, Perseroan dan Pegadaian dapat membantu pelaku usaha di segmen tersebut dengan berbagai produk gadai maupun Kredit Usaha Rakyat.
“Selanjutnya, pada tahap terakhir yaitu fase Upgrade, Holding Ultra Mikro memungkinkan pelaku usaha Ultra Mikro untuk naik kelas menjadi nasabah Mikro Perseroan yang berbasis komersial. Proses dimaksud akan terjadi dalam satu ekosistem sehingga lebih efektif dan efisien”, ujar Sunarso. (*)