Terpopuler Bisnis: Faisal Basri Tanggapi Jokowi dan Soal Perusahaan Yusuf Mansur
Reporter
Tempo.co
Editor
Kodrat Setiawan
Sabtu, 26 Juni 2021 06:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita terpopuler ekonomi dan bisnis sepanjang Jumat, 25 Juni 2021, dimulai dari ekonom UI Faisal Basri tanggapi Presiden Jokowi soal APBN hingga perusahaan pengolahan air milik Yusuf Mansur bakal IPO.
Adapula berita tentang CELIOS Sarankan Jokowi Tetapkan Lockdown dan cita-cita pemerintah mengejar pertumbuhan ekonomi 7 persen di kuartal II diperkirakan sulit tercapai.
Berikut empat berita terpopuler ekonomi dan bisnis sepanjang kemarin:
1. Tanggapi Jokowi, Faisal Basri: Jika Ada Aksi Jual Surat Utang RI, Semaput Kita
Ekonom senior Universitas Indonesia Faisal Basri mengomentari pernyataan Presiden Joko Widodo alias Jokowi bahwa defisit anggaran pendapatan dan belanja negara dibiayai dari sumber-sumber yang aman. Faisal menyebut 87 persen utang pemerintah adalah berupa surat utang yang beredar di pasar dan tak bisa dijadwal ulang.
"Pak Presiden, 87 persen utang pemerintah berupa surat utang yang beredar di pasar. Jika ada aksi jual, semaput kita," cuit Faisal Basri di akun @faisalbasri, menanggapi pemberitaan berjudul 'Jokowi: Defisit Anggaran Dibiayai Sumber yang Aman', Jumat, 25 Juni 2021.
Jokowi menerima laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat tahun 2020 alias LHP LKPP 2020 dari Badan Pemeriksa Keuangan alis BPK.
Presiden memastikan pemerintah akan sangat memperhatikan rekomendasi dari lembaga audit tersebut dalam mengelola pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ke depannya.
"Defisit anggaran dibiayai dengan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang aman," ujar dia dalam sambutannya seperti disiarkan dalam akun Youtube Sekretariat Presiden, Jumat, 25 Juni 2021.
Jokowi mengatakan APBN juga akan dilaksanakan secara responsif untuk mendukung kebijakan countercyclical dan akselerasi pemulihan ekonomi. Ia berujar anggaran akan dikelola secara hati-hati, kredibel dan terukur.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
2. CELIOS Sarankan Jokowi Tetapkan Lockdown, Ini Hitung-hitungan Ekonominya
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, menyarankan Presiden Joko Widodo alias Jokowi segera mengambil kebijakan lockdown menyusul melonjaknya kasus Covid-19 karena varian baru virus corona delta. Bhima mengatakan lockdown akan menekan risiko kerugian ekonomi.
“Kami kalkulasikan lockdown nasional sekurang-kurangnya membutuhkan biaya Rp 11-25 triliun selama 14 hari,” ujar Bhima saat dihubungi Tempo, Kamis, 24 Juni 2021.
Sementara itu khusus di DKI Jakarta, Bhima mengasumsikan kebutuhan anggaran pemerintah untuk lockdown mencapai Rp 550 miliar. Sedangkan bila dilaksanakan dua pekan, kebijakan pembatasan total di Ibu Kota memerlukan dana sampai Rp 7,7 triliun. Bhima menghitung Jakarta memiliki kontribusi 70 persen terhadap perputaran uang nasional.
Adapun jika skenario lockdown dilaksanakan dalam dua pekan selama pekan terakhir Juni sampai Juli, risiko Indonesia untuk kehilangan pendapatan domestik bruto atau PDB berkisar Rp 77-308 triliun. Dengan kondisi ini, Indonesia akan mencapai pertumbuhan ekonomi 3-4,5 persen pada akhir 2021.
Namun bila Indonesia tidak melakukan lockdown, Bhima memprediksi risiko kehilangan PDB akan lebih besar mencapai Rp Rp 463-848 triliun. Dengan skenario tanpa lockdown, pertumbuhan ekonomi Indnoesia akan kembali terkontraksi 0,5 persen atau paling moncer berada di jalur positif 2 persen.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
3. Cita-cita Pemerintah Kejar Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen Bakal Sulit Tercapai
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira, memperkirakan cita-cita pemerintah mengejar pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen di kuartal II sulit tercapai. Bhima memperkirakan momentum Lebaran dan Idul Fitri tidak akan mampu menyokong pelemahan perekonomian akibat meledaknya kasus Covid-19.
“Memang kemarin ada Lebaran dan pembayaran THR secara penuh. Tapi optimisme konsumen sebenarnya semu. Pasca-naiknya kasus Covid-19, konsumen mulai bersiap untuk mengantisipasi dengan berhemat belanja dan menunda melakukan aktivitas konsumsi diluar rumah,” ujar Bhima saat dihubungi pada Kamis, 24 Juni 2021.
Bhima menjelaskan kenaikan kasus positif virus corona, terutama di Indonesia, akan mempengaruhi kegiatan perekonomian. Masyarakat akan kembali melihat risiko peningkatan okupansi rumah sakit dan bertambahnya angka kematian.
Memori masyarakat, tutur Bhima, akan terlempar pada Maret 2020 lalu saat efek masuknya kasus Covid-19 pertama kali di Indonesia berujung pada pengetatan pembatasan sosial. Kondisi ini berimbas pada pelemahan ekonomi yang terus-menerus diperkirakan terjadi sampai kuartal III 2021. Bhima memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun ini berkisar 0,5-1 persen.
Kendati penuh tekanan, Bhima mengatakan prospek pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV tergantung pada efektivitas pemberlakuan kebijakan pembatasan masyarakat skala mikro dilakukan. “Kalau kasus masih naik dan pembatasan tidak efektif menurunkan kasus harian, kuartal III berisiko mengalami pelemahan konsumsi dan komponen investasi,” katanya.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
4. Perusahaan Pengolahan Air Milik Yusuf Mansur Berencana IPO Desember 2021
Perusahaan pengolahan air PT Apel Mas Indonesia (AMI) milik ustaz Yusuf Mansur akan mencatatkan saham perdananya (IPO) pada Desember 2021. Mansur telah melakukan kick off meeting dengan investor asal Malaysia baru-baru ini.
“Kick off kemarin untuk IPO pabrik air kita, pakai buku Juni. Desember manggung, Insya Allah. Mudah-mudahan enggak ada halangan,” tutur Yusuf Mansur dalam pesan tertulisnya, Kamis, 24 Juni.
Di tengah rencana aksi perusahaan, Mansur meneken kontrak pembelian mesin dari Liming senilai Rp 100 miliar untuk meningkatkan produksi AMI. Mesin ini akan digunakan untuk mengoptimalkan pengolahan air minum sebagai salah satu produk yang perusahaan.
Proses penandatanganan kontrak dilakukan secara langsung di rooftop hall rumah Mansur, Rabu, 23 Juni. Penandatangan diwakili oleh Direktur Utama AMI H. Widi dan Direktur Liming Jangkung.
Widi mengatakan perusahaanya tengah menargetkan pengembangan bisnis, terutama dalam pengadaan fasilitas dan infrastruktur produksi. “Sebagaimana pesan dari ustaz Yusuf Mansur, setiap bisnis yang dikembangkan tidak hanya untuk profit duniawi semata, tapi harus menjadi manfaat bagi umat,” ujarnya.
Baca berita selengkapnya di sini.