Bukalapak dan GoTo Bakal IPO, Apa Dampaknya ke Konsumen?

Reporter

Bisnis.com

Kamis, 24 Juni 2021 05:23 WIB

Aktivitas karyawan di kantor pusat Bukalapak, Jakarta, Selasa, 8 Oktober 2019. Mitra Bukalapak merupakan program untuk warung atau toko kelontong agar ikut terjamah teknologi dalam berbisnis. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Rencana unicorn seperti Bukalapak dan GoTo untuk melantai di pasar modal Indonesia disinyalir akan berdampak terhadap kenyamanan konsumen.

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan skema Initial Public Offering (IPO) menjadi ajang unicorn untuk meraih kas masuk terhadap modal perusahaan yang selama ini didapatkan dari suntikan dana modal ventura.

Tesar meyakini ajang penyuntikan dana modal ventura terhadap unicorn mulai memudar sehingga untuk bisa bertahan perlu langkah efisiensi dengan melakukan merger, akuisisi, dan IPO.

“Namun, tantangan IPO secara pembukuan mereka belum sehat karena selama ini mereka memanjakan konsumen dengan konsep bakar duit. Sudah pasti ke depan kenyamanan konsumen akan mulai ditinggalkan oleh unicorn yang melantai di bursa untuk menghindari skema bakar duit dan fokus ke pendapatan untuk memperbaiki laporan keuangan,” katanya, Rabu, 23 Juni 2021.

Setelah IPO, dia menjelaskan tantangan dan risiko tinggi lainnya akan menunggu lantaran publik telah melihat valuasi dan laporan keuangan perusahaan secara nyata sehingga unicorn yang baru melantai akan dipaksa menjadi perusahaan yang harus punya prioritas terhadap profit.

Dia mengatakan Bukalapak harus mengambil skema IPO terlebih dahulu dibandingkan Grup GoTo karena akan lebih menguntungkan jika pilihan tersebut dilakukan. Hal ini dikarenakan kepercayaan dan minat masyarakat untuk membeli saham perusahaan teknologi masih tinggi.
<!--more-->
“Mereka [masyarakat] percaya untuk membeli saham mereka karena Bukalapak yang pertama. Nah, kalau Bukalapak sukses setelah melantai di bursa akan meningkatkan kepercayaan GoTo untuk melantai, tetapi jika gagal GoTo pasti akan mundur atau bahkan batal [melakukan IPO],” tuturnya.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan langkah IPO tidak akan membuat unicorn meninggalkan kenyamanan konsumen secara mendadak.

Dia mengamini perusahaan yang sudah IPO biasanya perlu berfokus pada keuntungan atau profitabilitas sehingga mungkin mengharuskan mereka untuk mulai menaikkan harga produk atau jasa.

“Namun, tidak sesederhana itu fitur yang menguntungkan konsumen tidak hanya keterjangkauan atau harga. Ada juga lainnya seperti pengalaman pengguna, kepuasan, fitur pilihan, dan lainnya. Itulah seninya. Jadi harus bisa balance,” katanya.

Eddi pun mengimbau platform e-commerce juga harus menggandeng pemain lain untuk membentuk ekosistem secara lebih luas atau menjadi super app. “Misalnya gandeng logistik, pembayaran, dan lainnya sehingga konsumen bisa tetap diuntungkan karena pilihan dan layanan lebih lengkap,” ujarnya.
<!--more-->
Sejumlah unicorn tengah dalam persiapan untuk melantai di pasar modal Indonesia. Bukalapak berencana melantai dengan target penghimpunan dana hingga US$ 800 juta atau sekitar Rp 11,2 triliun. Per akhir 2020, valuasi Bukalapak diproyeksi berada di kisaran US$ 2,5 miliar-US$ 3 miliar.

Selain itu, unicorn lainnya yang gencar menyatakan rencana mereka untuk melantai di bursa tahun ini adalah Grup GoTo alias Gojek—Tokopedia. Adapun valuasi GoTo digadang-gadang mencapai US$ 40 miliar atau sekitar Rp 571 triliun.

Menurut catatan Bisnis, pendiri sekaligus CEO Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan perusahaan tengah mempersiapkan proses IPO dan menargetkan dapat melantai di bursa pada tahun ini.

Menanggapi kabar soal IPO, VP of Corporate Affairs PT Bukalapak Siti Sufintri Rahayu mengatakan, "Untuk saat ini, kami belum membuat keputusan apapun." Menurut Siti, Bukalapak terus mengeksplorasi berbagai kesempatan bagi perusahaan untuk terus bertumbuh dan berkembang secara finansial.

Siti menjelaskan bahwa fokus perseroan saat ini adalah terus mencari strategi yang tepat untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan. Tak hanya itu, Bukalapak juga berupaya menciptakan nilai tambah bagi para partner dan pengguna untuk waktu-waktu mendatang.

BISNIS

Baca juga: Bukalapak Beberkan soal Kabar Rencana Melantai di Pasar Modal Bulan Depan

Advertising
Advertising

Berita terkait

Total Aset BFI Finance Indonesia Rp 24,2 Triliun per Kuartal I 2024

6 hari lalu

Total Aset BFI Finance Indonesia Rp 24,2 Triliun per Kuartal I 2024

BFI Finance mencatat laba bersih terkumpul pada kuartal I sebesar Rp 361,4 miliar.

Baca Selengkapnya

Biaya Layanan Tokopedia, Shopee dan Lazada Naik sampai 6,5 Persen, UMKM Diminta Tak Naikkan Harga?

7 hari lalu

Biaya Layanan Tokopedia, Shopee dan Lazada Naik sampai 6,5 Persen, UMKM Diminta Tak Naikkan Harga?

Tokopedia, Shopee dan Lazada menaikkan biaya layanan hingga 6.5 persen untuk mitra penjual, pelaku UMKM diminta tidak naikkan harga.

Baca Selengkapnya

Alasan Tokopedia Naikkan Biaya Layanan Merchant: Lebih Banyak Campaign untuk Jangkau Konsumen

7 hari lalu

Alasan Tokopedia Naikkan Biaya Layanan Merchant: Lebih Banyak Campaign untuk Jangkau Konsumen

Platform e-commerce Tokopedia membeberkan alasan menaikkan biaya layanan merchant pada 1 Mei 2024 mendatang

Baca Selengkapnya

Ramadan-Lebaran 2024, Tokopedia: Produk Kebutuhan Harian hingga Fesyen Paling Laris

7 hari lalu

Ramadan-Lebaran 2024, Tokopedia: Produk Kebutuhan Harian hingga Fesyen Paling Laris

E-Commerce Communications Director Shop Tokopedia, Nuraini Razak mengungkap tren belanja sepanjang Ramdan dan Lebaran 2024.

Baca Selengkapnya

Gopay Salurkan Zakat dan Donasi Ramadan Rp 31 Miliar

8 hari lalu

Gopay Salurkan Zakat dan Donasi Ramadan Rp 31 Miliar

Gopay menyalurkan zakat dan donasi dengan total Rp 31 miliar yang terkumpul selama Ramadan.

Baca Selengkapnya

Profil Mustika Ratu, Perusahaan Jamu dan Kecantikan yang Didirikan Mooryati Soedibyo

9 hari lalu

Profil Mustika Ratu, Perusahaan Jamu dan Kecantikan yang Didirikan Mooryati Soedibyo

Pendiri Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo meninggal dunia dalam usia 96 tahun. Simak profil perusahaan jamu dan kecantikan tersebut berikut ini.

Baca Selengkapnya

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

9 hari lalu

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

IHSG sesi I ditutup menguat 0,81 persen ke level 7.168,5. Nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Jumlah Pelaku Usaha Perempuan di Sejumlah Wilayah Naik 2,5 Kali Lipat

12 hari lalu

Hari Kartini, Jumlah Pelaku Usaha Perempuan di Sejumlah Wilayah Naik 2,5 Kali Lipat

Hari Kartini diperingati masyarakat dalam berbagai cara. Semakin tingginya jumlah pelaku usaha perempuan, bisa jadi cara apresiasi perjuangan Kartini.

Baca Selengkapnya

4 Cara Isi Saldo E-Toll Menggunakan HP

24 hari lalu

4 Cara Isi Saldo E-Toll Menggunakan HP

Mengisi saldo e-toll tidak lagi memerlukan penggunaan uang tunai. Berikut caranya.

Baca Selengkapnya

Tren Belanja Online Jelang Lebaran 2024, Penjualan Baju Muslim Meningkat 12 Kali Lipat

25 hari lalu

Tren Belanja Online Jelang Lebaran 2024, Penjualan Baju Muslim Meningkat 12 Kali Lipat

Peningkatan belanja online berkaitan erat dengan perayaan Lebaran.

Baca Selengkapnya